DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual Universal, Realitas Itu Bersifat Spiritual

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Bahkan penafsiran wahyu berkembang seiring waktu, menyesuaikan diri dengan dinamika sosial.

Dalam proses ini, agama menjadi jiwa kultur yang menjaga makna transendensi dalam kehidupan manusia.

Agama adalah sistem simbol yang memberi makna pada pengalaman manusia, menyelaraskan realitas transenden dengan tatanan dunia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama

Maka, agama adalah wajah transendensi dalam kultur, dan kultur adalah ekspresi sosial dari wahyu yang hidup.

“Ketika wahyu masuk ke dalam sejarah, ia menjadi kultur. Dan di dalam kultur, wahyu menemukan bentuk yang menghidupkan makna spiritual bagi peradaban.”

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence

Di balik segala perbedaan yang terlihat, ada keheningan yang menyatukan.

Ketika Francis dari Assisi menatap wajah Sultan Malik al-Kamil, ia menemukan Tuhan di tempat yang tidak diduga. Di situ, batas antara agama, budaya, dan tradisi menghilang. Hanya cahaya kesadaran universal yang bersinar.

Begitu pula wahyu. Ketika ia masuk dalam sejarah, ia menjadi kultur, mengakar dalam bahasa, adat, dan simbol manusia. Dalam proses itu, dimensi spiritual wahyu tetap hidup dalam setiap ritus dan nilai-nilai budaya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Komunitas Agama dan Spiritual di Era Artificial Intelligence

Esai ini juga mengajukan satu term baru: quantum spirituality ethics. Ini etik soal ketidakpastian kuantum yang menginspirasi kerendahan hati dalam beragama.

Halaman:

Berita Terkait