Cerpen Rusmin Sopian: Matinya Tukang Kritik
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 10 Maret 2025 10:19 WIB

"Saya pendukung Pak Pemimpin Kampung waktu pemilihan Kepala Kampung yang lalu. Bukan berarti saya membiarkan beliau sebagai pengemban amanah warga bertindak sewenang-wenang dan seenaknya. Saya harus bertanggungjawab jawab untuk pilihan saya. Caranya mengkritisi kebijakan beliau yang tidak tepat sasaran untuk kepentingan publik Kampung ini," lanjut Matkritik.
Suara lelaki yang pernah sekolah di Universitas terkenal di Kota itu terdengar garang di telinga pecinta Pemimpin Kampung.
Bahkan terkadang suara garangnya terdengar mengganggu gendang telinga Pemimpin Kampung dan pengikutnya. Para pendukungnya. Para pecinta Pemimpin Kampung.
Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Ada Cerita Palsu dari Mulut Palsu Penutur Palsu
"Saya heran dengan Matkritik. Hobi benar mengkritisi kebijakan Pak Pemimpin Kampung. Padahal dulunya beliau adalah bagian dari warga yang ikut memenangkan Pak Pemimpin Kampung," keluh seorang warga pecinta Pemimpin Kampung.
"Nggak usah didengarkan suara orang yang patah hati," jawab seorang warga pecinta Pemimpin Kampung lainnya.
"Patah hati?" tanya warga kampung pecinta Pemimpin Kampung.
Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Kisah dari Koran Bekas
"Ya. Beliau kan orang yang menolak pembangunan tugu di ujung kampung kita itu. Beliau menyarankan agar dana pembangunan tugu untuk pembangunan sekolah menengah yang belum ada di kampung kita," jelas warga kampung pecinta pemimpin lainnya.
"Lho...Kan benar saran beliau," sambung warga kampung pecinta pemimpin lainnya dengan suara heran.
"Tapi kan Pak Pemimpin Kampung kita sudah berjanji untuk membuat tugu itu," jelas warga kampung pecinta Pemimpin lainnya.
Baca Juga: Rusmin Sopian: Amanah Publik untuk Kesejahteraan Publik
"Biasa. Untuk pencitraan. Masa kamu nggak paham," celetuk warga kampung pecinta pemimpin lainnya.