DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Kisah dari Koran Bekas 

image
Ilustrasi - Pak Tua (Foto: Rotten Tomatoes)

ORBITINDONESIA.COM - Cahaya matahari mulai melesu. Pertanda senja akan tiba. Belasan burung camar mulai menghiasi langit. Kepak sayapnya membentang luas. Seluas  awan yang biru yang mengornamen cakrawala. 

Kunang-kunang pun mulai bermunculan. Saling berkejaran. Seiring datangnya suara azan magrib dari corong pengeras suara masjid yang berkumandang dengan sakral.  

Religiuskan jiwa-jiwa manusia untuk bergegas menghadap Sang Maha Pencipta. Bersujud kepada Sang Maha Penyayang.

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: ADI

Seorang lelaki tua tampak bergegas ke Masjid.  Langkah kakinya tergesa-gesa. Takut ketinggalan dengan jemaah yang lain yang terus berdatangan menghampiri masjid.

 " Alhamdulilah," desisnya saat sampai di dalam masjid.

Lelaki tua yang akrab dipanggil Pak Tua oleh warga kampung memang belum terlalu lama tinggal di kampung Ini. Masih dalam hitungan jari. Sekitar  5 sampai 10 tahun. Ya, saat reformasi mulai bergulir di negeri ini.

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang

Pak Tua datang ke kampung Ini saat malam hari.  Penuh dengan pengawalan aparat dan sejumlah mahasiswa. Riuh rendah sekali suasana rumah itu pada malam itu.

Mobil-mobil berseliweran menuju rumah Pak Tua. Datang silih berganti.  Rumah yang ditempatinya sekarang adalah milik seorang petinggi negeri yang kini telah wafat. 

Rumah itu bergaya kuno. Sangat kuno sekali. Memiliki nilai artistik yang tinggi. Peninggalan era Belanda. 

Baca Juga: CERPEN: Wanita yang Berjuang Demi Pacarnya yang Dipecat

Halamannya sangat luas dan berteras tinggi. Dari terasnya yang tinggi kita bisa menikmati suasana kampung yang damai dan tenteram di mana semangat gotong royong warganya masih terpatri dalam jiwa penghuninya.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait