DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Kisah dari Koran Bekas 

image
Ilustrasi - Pak Tua (Foto: Rotten Tomatoes)

Biasanya, di teras rumahnya yang berhalaman luas yang dipenuhi pohon-pohon rimbun rimbun sebagai ornamen rumah, Pak Tua menerima tamunya dari kota atau sekedar berbincang dengan warga kampung yang datang berkunjung ke rumahnya. 

Pak Tua sangat bahagia kalau ada warga yang berkunjung ke rumahnya. Pintu rumahnya memang selalu terbuka buat siapa saja, tak terkecuali warga kampung. 

Segurat senyum selalu hadir di wajah tuanya saat menyambut tamu yang datang. Dan tentunya dengan tambahan segelas kopi sebagai penghangat obrolan.

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: ADI

" Jangan sungkan-sungkan datang ke rumah ini. Kita jalin silahturahmi. Bukankah dengan menjalin silaturahmi akan menambah usia kita? Termasuk rezeki kita," ujarnya yang biasa dijawab para warga yang datang dengan kalimat Insya Allah, Pak.

Tamu yang berasal dari kota, biasanya datangnya pagi. Soalnya sore hari mereka bisa kembali ke kota. 

Jarang sekali tamu Pak Tua dari kota yang menginap. Kecuali yang datang pada sore hari. Itu pun dengan rombongan yang jumlahnya lebih dari empat orang. 

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang

Dan biasanya mereka ngobrolnya tak di teras. Tapi di halaman belakang rumah Pak Tua yang luas yang dipenuhi rimbunan pohon-pohon mangga yang rimbun. 

Derai dedaunannya membuat suasana obrolan makin terinspirasi dan menghijaukan pikiran. Apalagi bagi pak Tua dan tamunya. 

Tak heran obrolan mereka hingga subuh. Bagi para tamu yang datang dari kota, Pak Tua adalah guru mereka. Tak heran tamu  yang datang dari kota adalah wajah-wajah yang sering para warga lihat di televisi. Entah apa yang mereka perbincangkan.

Baca Juga: CERPEN: Wanita yang Berjuang Demi Pacarnya yang Dipecat

Hanya biasanya selalu terdengar frasa kata " kita bisa dan kita rebut kembali"  keluar dari mulut Pak Tua saat mengantarkan tamunya dari kota yang akan meninggalkan rumahnya. 

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait