Catatan Denny JA: Agama yang Berdampingan dengan Positive Psychology dan Neuroscience
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 06 Maret 2025 11:35 WIB

Menurut kritik itu, kebahagiaan sejati tak lahir dari sekadar latihan mental atau keseimbangan hormon. Ia adalah misteri, sering kali muncul justru dalam derita, kehilangan, dan keterasingan. Itu sesuatu yang tak bisa dihitung dalam eksperimen laboratorium.
Tetapi, apakah kita masih akan menunggu datangnya kebahagiaan sebagai misteri atau takdir yang tak terjangkau?
Sains sudah membuktikan bahwa kebahagiaan dan hidup bermakna itu bisa diketahui penyebabnya. Karena diketahui penyebabnya, kebahagian bisa dicapai dengan satu formula.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
Agama tetap menjadi samudera untuk hidup bahagia dan bermakna. Tapi sejarah sudah membawa kita ke era yang berbeda. Ini era ketika riset ilmu pengetahuan berikhtiar mendalami apa itu makna hidup.
Memang benar, Psikologi positif dan Neuroscience tak menciptakan makna. Dua ilmu itu hanya memberi peta jalan. Kebahagiaan tetap milik batin, tetapi kini ia bisa dipelajari, dipahami, dan diperjuangkan.
Seperti yang diekspresikan Jalaluddin Rumi:
“Dalam jiwa yang hening, kebahagiaan akan datang. Tetapi kau lah yang mengundangnya. ***
Jakarta, 6 Maret 2025
(1) Daftar 112 negara yang dianalisis secara statistik, dan hasilnya, dilampirkan dalam tulisan ini.
(2) Detil mengenai formula “3P + 2S” soal kebahagiaan hasil riset psikologi positif dan neuroscience lebih detail dieksplor dalam buku saya: Bahagia itu Mudah dan Ilmiah (Inspirasi.co, tahun 2017).