Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 19 Februari 2025 09:59 WIB

Kisah oportunis politik ini bukan hanya milik Indonesia. Ini gejala universal Homo sapiens.
Berdasarkan riset psikologi, individu dapat menonaktifkan moralitas mereka untuk membenarkan tindakan oportunistik.
Ini dilakukan dengan beberapa mekanisme, seperti rasionalisasi (“Semua orang juga melakukannya”), displacement of responsibility (pengalihan tanggung jawab) (“Saya hanya mengikuti sistem”).
Atau itu dilakukan dengan dehumanisasi terhadap pihak lain (“Mereka tidak pantas mendapatkannya”). Proses ini memungkinkan seseorang bertindak oportunis tanpa merasa bersalah.
Di Amerika Latin, setelah jatuhnya diktator, selalu ada figur baru yang mengaku reformis tetapi ternyata hanya oligark baru dengan wajah berbeda.
Dalam sastra dunia, oportunis dan manipulasi selalu menjadi tema yang abadi. Nikolai Gogol, dalam The Government Inspector, menghadirkan kisah yang begitu tajam tentang bagaimana kebodohan kolektif dan ketakutan bisa menciptakan ruang bagi seorang penipu kecil untuk menguasai segalanya.
Di kota kecil yang dipenuhi pejabat korup, seorang pemuda biasa, Hlestakov, keliru disangka sebagai inspektur pemerintah yang datang untuk mengaudit mereka.
Padahal, ia bukan siapa-siapa—hanya seorang pria pengangguran dengan utang menumpuk. Namun, melihat ketakutan para pejabat, ia memainkan perannya. Dengan lidah licin, ia menerima suap, pujian, dan segala fasilitas yang mereka tawarkan.
Gogol menggambarkan betapa sistem yang korup tidak butuh konspirasi besar untuk runtuh—cukup dengan kebodohan kolektif dan ketakutan mereka sendiri. Mereka tidak mencari kebenaran, hanya ingin menyelamatkan diri.
Sama seperti para penumpang gelap reformasi di Indonesia, Hlestakov adalah simbol bahwa sering kali yang mendominasi bukanlah mereka yang paling layak, tetapi mereka yang paling lihai membaca peluang.