DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Merekam Sejarah Melalui Puisi Esai

image
Ilustrasi (Istimewa)

Sjahrir berjuang dengan gagasan, tetapi di negeri ini, gagasan sering kali kalah oleh kekuasaan.

Sejarah bukan hanya milik masa lalu. Ia adalah cermin yang menampilkan wajah kita hari ini. Ia tidak boleh hanya menjadi kenangan yang dibaca di buku, tetapi harus menjadi cahaya yang menuntun kita ke depan.

Tetapi pertanyaannya tetap: Apakah kita masih berjalan di jalur yang mereka rintis? Ataukah kita hanya menjadi saksi bisu dari kemunduran yang mereka coba cegah?

Tak hanya empat tokoh di atas yang dieksplorasi dalam buku puisi esai ini, tetapi juga ada sebelas tokoh pergerakan lainnya.

Puisi esai tak hendak dan jelas dilarang menggantikan reportase sejarah. Tapi puisi esai bisa membantu membuat kisah sejarah ini lebih bernyawa, seperti contoh kisah 15 tokoh pergerakan dalam buku puisi esai ini.

Puisi esai menghidupkan sejarah, membuat tokoh bernapas, merasakan luka, dan berbisik kepada pembaca. 

Ia menyalakan emosi, membangun imajinasi, dan menciptakan pengalaman batin yang tak bisa diberikan oleh data kaku. 

Namun, puisi esai juga bisa mengaburkan fakta, membiaskan realitas dengan fiksi, dan menanamkan subjektivitas penulis.

Karena itu, untuk akurasi sejarah, kita tetap berpegang pada riset sejarah murni. Ia menawarkan ketelitian, mengandalkan bukti, memverifikasi sumber, dan membangun fondasi kebenaran. 

Tetapi sering kali makalah akademik  sejarah dingin dan kering, hanya sekadar angka, tanggal, dan peristiwa tanpa jiwa.

Halaman:

Berita Terkait