Cerpen Rusmin Sopian: Aku Manusia Enam Setengah Tahun
- Penulis : Bramantyo
- Minggu, 19 Januari 2025 15:00 WIB

Aku tidak pernah menyangka. Penangkapan para pengusaha biji hitam di sebuah pulau yang jauh dari Ibukota, menyeretku ke dalam kehidupan baru yang amat menyesatkan jiwaku. Mengguncang kehidupanku dan keluarga besar ku.
Para pengusaha biji hitam di sebuah pulau itu kulindungi dengan segala atribusi yang kumiliki dalam lingkaran kekuasaan. Maklumlah, aku selalu berada di ketiak para penguasa. Terkadang, aku menyebut nama mereka untuk meningkatkan daya kekuatan ku.
Kini, para pengusaha itu menyeretku dalam kubangan lumpur berbau. Aku sama sekali tidak pernah menyangka. Sama sekali tidak pernah menyangka.
Baca Juga: Rusmin Sopian: Buku dari Bangka Selatan untuk Nusantara
Kekuatanku roboh. Tenaga hebat di sekitarku tumbang. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan. Bahkan terpikir pun tak pernah terlintas dalam otak cerdasku.
"Masa dengan kekuatan yang hebat itu bisa tumbang?" tanyaku lewat handphone berharga satu rumah warga di pulau.
"Demikianlah Pakbos. Arus mulai berubah. Gelombang perubahan telah terjadi. Iklim berubah," jelas seseorang lewat handphone yang kuhadiahkan.
Kini semua orang memandangku dengan sinis. Bahkan wajah mereka berhiaskan kemarahan yang amat luarbiasa. Seolah-olah ingin mencincangku beramai-ramai. Bahkan ingin menyeretku dari ujung pulau ke ujung lain pulau.
Baca Juga: Rusmin Sopian: Kebangkitan Kebermajuan
Istriku ikut dalam pusaran kasus ku. Demikian pula dengan keluarga besar ku. Mereka mulai dijauhi warga. Bahkan dimusuhi publik.
Tiap hari wajahku muncul di media massa. Hujatan mereka arahkan kepadaku. Cemoohan mereka lemparkan kepada diriku.
Seluruh semesta membenciku. Hanya orang-orang yang hidup di ketiakku yang masih memujaku. Bahkan membelaku.
"Tenang. Kami akan membela Bapak hingga tetesan darah terakhir," ucap mereka.
"Kita akan buktikan bahwa Bapak tidak bersalah," ujar mereka.
"Tidak bersalah?" tanyaku setengah keheranan.
"Iya. Itu tugas kami," sahut mereka.
"Serahkan kepada kami," sambung mereka.
Baca Juga: Cerpen Rusmin Sopian: Matkuteng, Penjagal dari Kampung Selatan
Aku terdiam. Menatap mereka. Wajah-wajah yang bermuka duit. Di wajah mereka kulihat duit. Ya, duit menghiasi sekujur tubuh mereka.