Cerpen Rusmin Sopian: Matkuteng, Penjagal dari Kampung Selatan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 15 Juni 2024 11:02 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Matkuteng adalah namanya. Dikenal sebagai penjagal sapi yang tersohor dari Kampung Selatan.
Setiap Iduladha, Matkuteng selalu menjadi pemotong hewan yang amat laris bak para selebritis tersohor negeri ini yang diincar para pemrogram media televisi untuk mengisi acara di televisi.
Dan profesi sebagai penjagal sapi sudah dilakoni Matkuteng saat masih muda. Saat dirinya masih belum berkeluarga. Masih bujangan.
Ilmu memotong sapi didapatkannya dari ayahnya yang berprofesi sebagai pemotong sapi.
Anehnya Matkuteng hanya menjagal sapi pada saat hari raya Iduladha saja di masjid sekitar rumahnya. "Sekedar membantu warga sekitar," kilahnya saat ditanya kenapa tidak menjadikan memotong sapi sebagai profesi utama.
Kendati usianya sudah tergolong renta, 80 tahun, namun Matkuteng tak tampak seperti lelaki di usia itu. Badannya masih kekar. Otot-ototnya masih kekar. Jalannya masih gagah bak anak muda.
Baca Juga: Punya Banyak Stok Daging Kurban, Ini Cara Sederhana Membuat Kari Kambing, Dijamin Bikin Ngiler
Hanya rambutnya yang berwarna putih yang menandakan dirinya sudah tergolong manula. Ya, manusia usia lanjut.
Siang itu, saat matahari mulai menaiki langit, di rumahnya yang terletak diujung Kampung Selatan, Matkuteng kedatangan tamu yang menggunakan mobil dinas plat merah.
Kehadiran mobil plat merah ke rumahnya tentu saja mengagetkan Matkuteng dan istrinya yang sedang menonton televisi yang sedang menyiarkan berita hukuman mati untuk koruptor.
Baca Juga: Rawat Persaudaraan, Gereja di Maluku Menyumbang Hewan Kurban untuk Perayaan Idul Adha di Masjid
Seumur-umur baru kali ini ada tamu datang datang ke rumahnya menggunakan mobil dinas milik pemerintah.
Ada apa gerangan?
”Selamat siang, Pak. Saya Cagal. Ajudan Pak Bupati,” ujar pria itu memperkenalkan diri.
"Ada apa ya, Pak? Silahkan masuk,” ujar Matkuteng dengan diksi setengah bertanya.
Lelaki itu tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Matkuteng. "Saya diamanahkan Pak Bupati untuk meminta Bapak melakukan prosesi pemotongan hewan kurban dari beliau di rumah dinas Bupati,” jawab ajudan Bupati dengan narasi santai.
"Insya Allah, Pak. Kalau masih diberikan usia oleh Allah SWT, saya sih bersedia untuk melaksanakan amanah itu,” jawab Matkuteng.
"Beliau meminta Bapak karena jumlah sapi yang akan dikurbankan jumlahnya banyak. Hampir 100 ekor. Untuk dibagikan kepada masyarakat. Dan ini tanda jadinya,” jelas Ajudan Bupati sembari menitipkan sebuah amplop berwarna coklat.
Baca Juga: Kronologi Sapi Kurban Dewi Persik Ditolak Ketua RT, Malah Dimintai Uang Sebesar Rp 100 Juta
Sebelum Matkuteng menjawab, ajudan itu langsung permisi meninggalkan Matkuteng yang masih terbengong sendirian sembari menatap mobil dinas yang langsung tancap gas meninggalkan rumah Matkuteng.
Berita tentang Matkuteng yang akan menjadi pemotong hewan kurban di rumah dinas Bupati menjadi trend setter dan trending topik di kalangan warga kampung.
Semua warga Kampung Selatan menarasikan tentang dirinya tanpa mengenal waktu dan tempat. Bahkan salah satu media lokal telah memuat profilnya disalah satu rubrik koran mereka.
Baca Juga: Masyarakat Indonesia Rayakan Idulfitri dan Halal Bi Halal di Wisma Duta KBRI Havana, Kuba
”Hebat Matkuteng. Jasanya dipakai Pak Bupati untuk pemotongan hewan kurban tahun ini,” ujar Mang Arok saat berkumpul di Warkop Mang Jojon.
”Iya. Kita sebagai kawan dan sahabat bangga. Tak semua penjagal lho bisa menjadi pemotong hewan di rumah Bupati," sela Mang Akew.
”Apalagi honornya cukup besar. Bisa buat beli motor baru,” cetus Mang Masno.
Baca Juga: Jelang Iduladha, DKI Jakarta Mulai Periksa Kesehatan dan Kelayakan Ribuan Hewan Kurban
"Yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah Matkuteng mau dan bersedia melakukan pekerjaan itu? Soalnya Matkuteng kan tak pernah memotong hewan kurban selain di masjid? Dan saya yakin Matkuteng tak akan mau. Saya tahu pribadi Matkuteng,” jelas Mang Junai.
Semua yang mendengar narasi mang Junai terdiam. Tak ada satu orang pun yang membantahnya. Mereka semua seolah membenarkan diksi Mang Junai.
Dan mereka tahu, Matkuteng hanya menjagal sapi saat hari raya Kurban saja. Dan itu pun hewan kurban yang ada di masjid sekitar rumahnya. Paling jauh masjid di kecamatan.
Baca Juga: Harga Hewan Kurban Sapi dan Kambing di Pacitan, Jawa Timur Mulai Naik Jelang Iduladha
Sore itu langit cerah. Awan di langit saling bersentuhan. Saling berkasih sayang. Saling menyapa. Ornamen senja yang indah.
Rimbunnya tanaman liar di sekitar rumah Matkuteng menambah keelokan alam senja itu. Namun kemolekan alam tak mampu mengusir kegelisahan jiwa dan nurani Matkuteng.
Semenjak kedatangan utusan dari Bupati, jiwa Matkuteng sebagai manusia dan penjagal hewan kurban kesohor mengalami kontradiksi dalam batinnya.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Kembangkan Peternakan Hewan Kurban Neo Plasma, Dorong Ekonomi Rakyat Kecil di Banten
"Saya tidak mau, Bu memotong hewan kurban di rumah Pak Bupati,” ujar Matkuteng kepada istrinya.
”Lho, kenapa Pak? Bapak kan sudah janji untuk menjalankan tugas itu,” tanya sang istri.
”Saya cuma menjawab Insya Allah, kalau Allah masih memberikan umur. Saya tidak berjanji,” jawab Matkuteng sembari menghirup kopi buatan istrinya.
Baca Juga: Pemerintah Tetapkan 17 Juni 2024 Sebagai Iduladha 1445 Hijriah
”Memangnya kenapa Pak,?
”Bu. Kita ini sudah tua. Sudah bau tanah. Tak ada lagi tempat kita untuk berurusan dengan hukum. Saya tidak mau meninggalkan dunia ini dengan mewariskan nama buruk dan hitam di masyarakat,” jawab Matkuteng.
Istri Matkuteng tambah bingung dengan penjelasan suaminya. Dan sebelum istrinya kembali bertanya, Matkuteng kembali menjelaskan.
Baca Juga: KAI Semarang Operasikan KA Kaligung Tambahan Relasi Semarang-Tegal Saat Libur Iduladha 2024
”Ibu bayangkan saja. Hewan kurban yang akan dipotong itu jumlahnya hampir seratus ekor. Jumlah yang amat banyak. Mana mungkin seorang Bupati mampu berkurban sedemikian banyaknya. Gajinya juga tak besar-besar amat. Kalau sudah begitu uangnya dari mana kalau bukan hasil korupsi. Dan saya tidak mau memotong hewan hasil dari korupsi,” lanjut Matkuteng sembari masuk ke dalam rumah.
Gema takbir mulai berkumandang dari segala penjuru masjid. Sakralkan alam. Religiuskan semesta. Kaum muslimin pun bersegera diri ke masjid terdekat untuk menunaikan sholat Iduladha dengan hati yang riang gembira.
Sementara itu di rumah dinas Bupati, para panitia hewan kurban mulai gelisah. Ketegangan melanda sekujur tubuh mereka. Maklum hingga usai salat, Matkuteng belum muncul juga. Tak ada tanda-tanda kedatangan penjagal kesohor itu ke lokasi pemotongan hewan kurban yang berada di belakang rumah dinas yang megah itu.
Baca Juga: Ketua MUI Bidang Fatwa Imbau Pengelola Ibadah Kurban untuk Tidak Mencemari Lingkungan
Kurir yang diperintahkan untuk menjemput Matkuteng belum muncul juga. Bahkan handphone-nya pun tak aktif. Para panitia makin gelisah.
Panitia kurban di rumah Bupati baru lega bercampur kecewa ketika kurir dan pengeras suara dari masjid mengabarkan bahwa Matkuteng wafat di masjid ketika sedang sujud saat melaksanakan salat Iduladha di masjid dekat rumahnya.
Innalilahi Wa innalilahi Rojiun pun menggema di seantero alam. Religiuskan jagat raya. Sakralkan semesta. ***