ORBITINDONESIA.COM - Aku bersua ke tempat itu untuk kesekian kali
Menatap gundukan tanah basah penuh arti
Ketika langkah tertuju padanya membisu
Ada sepi bersarang di detak nadiku
Di sini, sunyi menjadi kitab
mengajarkan arti kehilangan tanpa jeda berharap
Bumi memelukmu dalam tenang nan purba
Sementara aku, terpaku pada senyum terbias kenangan
Dedaunan gugur menjadi sajak sunyi
berbisik pada nisan enggan memberi janji
Rindu ini bak duri nan manis
Menyayat hati sembari menghidupkan memori
Di bawah remang-remang langit
Aku mencari bayangmu di antara bintang-bintang dan doa
Gundukan tanah ini, altar kerinduan abadi
Tempat ku titipkan cinta takkan pernah mati
Dengan udara pekat menaungi hampa
Bagaikan pelukan tak lagi berbalas nada
Baca Juga: Puisi Arsi Pratiwi: Sang Penyulut Asa
Apakah angin membawamu dalam pesan-pesan ku pahat pada malam?
Apakah hujan meresapkan air mataku ke pangkuanmu di dalam diam?
Ibu, namamu gema tak lelah ku ratapi
Menembus pekatnya waktu
mengikis tabir nan bisu
Semesta mengambil mu terlalu cepat
Aku belum sempat bersiap memerangi rindu tercekat
Berharap peluk kasih nan abadi
Tak mungkin lagi bersua nyata
Januari 2025
Baca Juga: Puisi Esai Isbedy Stiawan ZS: Perempuan di Seberang Istana Batubara
*Arsi Pratiwi, penulis puisi ini adalah pelajar SMAN 1 Toboali, Bangka Selatan. ***