ORBITINDONESIA.COM - Embun menyejukkan pagi
Berbulir menyegarkan dedaunan
Memberi kehidupan laksana haus terobati
Alam senantiasa menanti pagi yang bersahaja
Bergerak perlahan namun pasti
Waktu tanpa jeda terus bergulir
Berbisik menitip pesan saat pergantian
Dinanti kembalinya waktu di esok hari
Langit mulai merekah
Matahari perlahan melirik tangkapan hari ini
Berlalu bersama hiruk pikuk semesta
Tegak diatas kegagahan, matahari memberi kebaikannya kepada bumi
Baca Juga: Puisi Ahmad Gusairi: Waktu Berganti Asa Bergulir
Tinggi dan perkasa namun tunduk dengan putaran waktu
Sedikit demi sedikit membungkuk sembari meredupkan cahayanya
Cakrawala memerah sebagai simbol ditariknya panas matahari
Hingga harus membenamkan diri dalam selimut malam
Belajar, berbuat, dan mengajarkan
Sebagai rangkaian kehidupan
Sejak kecil, menjadi orang tua, hingga pulang di hari esok
Waktu sudah ditentukan pada gilirannya
Tak selamanya matahari berada pada posisi tegak di atas kepala
Tak selamanya tubuh ini kuat untuk memenuhi semuanya
Kelak tiba waktunya cahayanya redup membungkuk melemah
Tiba waktunya tulang dan sendi lelah dengan kepenatan
Baca Juga: Puisi Sutiono: Rimba Leluhur yang Dijual Murah
Ketika esok matahari kembali terbit
Waktu telah berganti
Estafet generasi telah berpindah
Kemarin adalah kenangan
Kehangatan cahaya matahari kemarin mungkin tidak sama dengan kehangatan cahaya matahari hari ini
Namun waktu senantiasa menuntun perjalanan dari perpindahan ke perpindahan tanpa jeda
Waktu sudah menjelang sore
Malam tak perlu dijemput
Sisa cahaya yang ada diberikan sepenuhnya
Berharap esok cahaya akan membawa arti
Arti sebuah kekuatan untuk kehidupan.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Pentingnya Mengawinkan Isu Sosial dan Puisi
Menatap batas usia tulang dan sendi bagai perjalanan waktu matahari di hari yang indah
Kuat dan tegak terbungkus kulit dan daging bagai lantangnya matahari bersinar di atap langit biru
Generasi baru telah tiba
Mengetuk pintu hendak menyapa.