Sembilan Pemikiran Denny JA Tentang Agama di Era Google
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 24 Maret 2023 14:51 WIB
Inilah kearifan baru yang akan semakin banyak di era Google: memandang, menghormati, dan menikmati agama sebagai kekayaan kultural milik bersama.
Tak hanya sebanyak 4.300 agama yang kini ada dihormati, dan dianggap kekayaan kultural milik bersama. Tapi juga puluhan ribu aliran kepercayaan, mulai dari yang diyakini suku Aborigin di Australia, hingga suku terasing di pedalaman Afrika.
DUA TREN BESAR
Fakta bahwa agama-agama kini telah dipandang sebagai kekayaan kultural bersama mungkin masih terbatas di negara-negara maju, dan di kalangan orang-orang yang “tercerahkan”.
Namun di negara-negara berkembang, fakta ini masih samar-samar dan harus terus didorong menjadi sebuah pola hidup yang massif. Dalam hal ini Denny menyajikan dua tren besar.
Pertama, tren menetralkan ruang publik dari dominasi satu agama. Kedua, tren menjadikan intisari ajaran agama sebagai inspirasi.
Untuk tren yang pertama, Denny mengingatkan bahwa negara nasional yang modern bertumpu pada konsep kewarganegaraan. Sudah menjadi hukum besi semua negara modern: semua warga negara memiliki kedudukan hukum yang setara, apapun keyakinan agamanya.
Ruang publik negara nasional itu milik bersama yang harus bisa dinikmati oleh semua warga negara, tanpa diskriminasi.
Ada tiga alasan yang membuat negara modern menetralkan ruang publik dari dominasi satu agama saja.
Alasan pertama: solusi jalan tengah. Penganut agama A tak ingin agama B, atau agama C, atau agama D, dan agama lainnya yang mendominasi ruang publik. Penganut agama B juga tak ingin agama A, agama C, agama D dan agama lainnya yang mendominasi.