Sembilan Pemikiran Denny JA Tentang Agama di Era Google
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 24 Maret 2023 14:51 WIB
Pasti ada yang salah di antara dua keyakinan itu. Toh fakta yang salah bisa diyakini oleh begitu banyak manusia. Begitu lama. Inilah kenyataan agama. Bahkan ini terjadi pada salah satu dari dua agama terbesar di atas.
Keenam, arkeolog, antropolog, dan ilmuwan menemukan banyak fakta. Menurut temuan mereka, beberapa nabi itu bukan tokoh sejarah: Musa, Nuh, Adam.
Arkeolog juga menemukan betapa beberapa kisah nabi itu menyerupai kisah rakyat dari era peradaban yang lebih tua dari usia kitab suci. Temuan ini juga mengubah cara kita memahami masa lalu di era kitab suci diriwayatkan.
Kisah Nabi Musa misalnya. Bahwa, Nabi Musa ketika bayi dibuang di sungai, diletakkan dalam keranjang, lalu ditemukan di negeri lain oleh petugas kerajaan. Kemudian ia dibesarkan di istana. Lalu ia kembali ke tanah asal, menjadi pemimpin.
Kisah Nabi Musa di atas sama persis dengan kisah Raja Sargon dari Summeriah/Mesopotamia, yang dokumennya lebih tua dibandingkan Bible.
Ketujuh, kebijakan publik top 10 negara paling sejahtera, paling bahagia, paling membangun manusia, tak lagi merujuk kitab suci.
Hukum yang disusun di parlemen. Temuan ilmu di labolatorium. Perkembangan bisnis di dunia modern. Keputusan politik pemangku kebijakan. Semua diambil dengan semakin tidak merujuk pada kitab suci.
Kedelapan. Kini hidup 4.300 agama yang berbeda. Peradaban menyaksikan pertarungan para fanatik mengklaim berbagai kebenaran mutlak yang saling tak identik.
Sebuah renungan untuk melihat betapa perbedaan itu terjadi pada isu dan pokok masalah yang tak bisa difalsifikasi. Tak ada pegangan objektif untuk mengetahui yang mana yang benar.
Kesembilan, setelah pendiri agama tiada, (penerima wahyu seperti yang diyakini penganutnya) wafat, yang tersisa hanya perbedaan tafsir para ahli.