Sembilan Pemikiran Denny JA Tentang Agama di Era Google
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 24 Maret 2023 14:51 WIB
-000-
Pertanyaannya, bagaimanakah Denny JA bisa sampai pada gagasan seperti itu? Dalam bukunya yang berjudul 11 Fakta Era Google: Bergesernya Pemahaman Agama (2021), Denny merefleksikan pengamatannya terhadap agama di masa revolusi industri keempat.
Menurutnya, di era ketika disrupsi dan perubahan mendasar terjadi pada teknologi, bisnis, politik, dan media massa, maka disrupsi dan perubahan mendasar juga terjadi pada cara kita memandang dan menikmati khazanah agama.
Denny mengamati sebuah fenomena yang menurutnya akan semakin sering kita saksikan. Ia akan melanda pada semakin banyak dan semakin beragam manusia. Yakni, perayaan hari besar agama yang dilakukan oleh lintas agama.
Hari Natal tak hanya dirayakan oleh pemeluk agama Kristen. Pemeluk agama lain, bahkan yang tak beragama sekalipun ikut merayakan. Mereka menikmati kehangatan komunitas. Tukar menukar hadiah. Menghiasi ruang tamu dengan pohon terang.
Bahkan ikut menjadi tuan rumah acara, walau sepenuhnya mereka tak percaya Yesus lahir tanggal 25 Desember. Mereka ikut membagi kasih sayang dalam perayaan itu, walau mereka tak percaya ada manusia yang bisa lahir dari ibu yang perawan.
Bulan Ramadan kini juga telah “dimiliki” oleh seluruh umat. Momen satu bulan itu, dan hari raya di ujungnya, tak hanya dirayakan oleh penganut Islam. Penganut agama lain, dan bahkan yang tak beragama ikut merayakannya.
Mereka ikut menikmati keunikan berpuasa, berlapar berhari-hari, walau mereka tak percaya konsep surga hanya untuk orang muslim. Mereka ikut merasakan kehangatan bermaaf-maafan, walau tak percaya Quran itu wahyu dari Tuhan pemilik semesta.
Orang-orang non-Hindu, kata Denny , kini juga merayakan Hari Nyepi. Malam dibiarkan gelap gulita. Merenung masuk ke dalam diri. Momen ini ikut dinikmati oleh siapa saja, bahkan yang tidak beragama.
Mereka ikut menikmati keunikan tahun baru Saka, walau tak percaya hadirnya dunia dewa-dewa. Mereka bahkan bersedia datang dari jauh ke Bali, menikmati momen ini, walau sama sekali tak percaya Bhagavad Gita itu karya Dewa Ganesha.