DECEMBER 9, 2022
Kolom

Kantor Pemerintah Tanpa Foto Presiden

image
Dr. KH Amidhan Shaberah adalah Komisioner Komnas HAM 2002-2007/Lembaga Kajian MPR RI 2019-2024 (foto: youtube)

Oleh Dr KH Amidhan Shaberah*

ORBITINDONESIA.COM - Di Indonesia, bila kita masuk ke kantor pemerintah, maka yang pertama terlihat di lobi utama adalah foto besar Presiden dan wakil presidennya. Terutama presiden dan wakil presiden yang sedang menjabat. 

Saat ini, berarti foto Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ini terjadi di mana-mana. Di seluruh dunia. Protap (prosedur tetap)nya, memang demikian. 

Baca Juga: 20 Tahun Invasi Irak: Negeri Saddam Hussein Hancur Dibom oleh AS, Tapi Dibangun Lagi oleh China

Bahkan di sejumlah negara -- terkadang foto, gambar, dan patung presidennya ada di mana-mana. Baik di gedung pemerintah, swasta, di toko swalayan, di gedung olah raga, di tempat wisata dan di setiap sudut jalan.

Foto Presiden Irak Saddam Husein (1979-2003), misalnya, hampir "menghiasi"  seluruh tempat di Irak. Dari desa sampai kota. Kantor berita Prancis AFP, misalnya, menyatakan, foto Saddam Husein lebih banyak dari jumlah rakyat Irak saat itu. 

Juga foto Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayez (1991-2019) yang mencolok di setiap gedung dan tempat umum. Ia seakan hadir di mana saja, di tiap jengkal tanah Kazakhstan. Patung  Nazarbayev yang megah di tengah ibu kota Astana menjadi "icon" negeri pecahan Uni Soviet tersebut.

Baca Juga: KH Amidhan: Wilders, Aboutaleb, dan Seedorf: Islam di Belanda

Dan masih banyak lagi Presiden "otoriter"  yang mewajibkan foto dan patungnya dipasang tidak hanya di gedung pemerintah, tapi juga di tempat-tempat publik dan rumah penduduk. Seperti foto Presiden Uganda Idi Amin  dan Mobutu Seseseko (Zaire atau Kongo). 

Fenomena "kekuasaan foto" tersebut umumnya dilakukan oleh para kepala negara yang diktator. Maklumlah, banyaknya foto di negerinya seakan menggambarkan popularitas dan besarnya kekuasaan sang presiden. Hal semacam inilah yang tampaknya ingin dihilangkan oleh Presiden baru Senegal. 

Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye melarang fotonya dipajang di kantor-kantor pemerintah. 
"Saya tidak ingin foto saya ada di kantor" kata Diomaye Faye. Alasannya, luar biasa. Sangat menyentuh hati. 

Baca Juga: Amidhan Shaberah: Puan Maharani dan Demokrasi 

"Saya bukan siapa-siapa. Jabatan hanya sementara. Tidak abadi," katanya. Diomaye Faye menganggap kalau dirinya bukan siapa-siapa, sekalipun dia merupakan Presiden, tokoh sentral sebuah negara.

"Karena aku bukan Tuhan, bukan pula ikon, tetapi aku adalah pelayan bagi bangsa. Sebaliknya, taruhlah foto-foto anak-anakmu sehingga kamu akan melihatnya setiap kali hendak mengambil keputusan," kata Diomaye Faye mengutarakan alasan kenapa dia tidak mau fotonya dipasang di kantor-kantor.

Bassirou Diomaye Faye, lahir 25 Maret 1980 adalah seorang politikus Senegal dan mantan inspektur pajak. Diomaye Faye merupakan Presiden yang punya gelar master di bidang hukum. Dia memperoleh gelar master hukum dari Universitas Cheikh Anta Diop di Dakar. Dia kemudian kuliah di Sekolah Administrasi Nasional Senegal, Dakar. 

Baca Juga: Amidhan Shaberah: Judi Online, Racun yang "Merusak" Masyarakat

Mengutip Britannica, Faye adalah seorang Muslim yang taat. Faye dilantik secara resmi sebagai Presiden Sinegal pada tanggal 2 April 2024. 

Dalam pidato pelantikannya, ia berjanji untuk memerangi korupsi dan mereformasi ekonomi. Tindakan resmi pertamanya adalah mengangkat Sonko sebagai Perdana Menteri Senegal, yang secara resmi memperkenalkan pemerintahannya pada tanggal 5 April lalu.

Sebagai presiden, Faye berkomitmen untuk memberantas korupsi, mereformasi ekonomi, dan meninjau kembali kontrak minyak dan gas untuk memastikan keuntungan maksimal bagi rakyat Senegal. Ia juga menekankan pentingnya integritas dalam pemerintahan dan mendorong pejabat publik untuk selalu mengingat tanggung jawab mereka terhadap generasi mendatang. 

Baca Juga: Amidhan Shaberah: Tangkap Netanyahu Si Penjahat Perang

Kenapa kita perlu belajar dari kebijakan dan kerendah hatian Presiden Diomaye Faye tersebut? Pertama, karena dia seorang muslim yang benar-benar mengamalkan ajaran agamanya. Ia lebih melihat pada kejujuran hati sanubarinya dalam memimpin negeri. Bukan ambisi kekuasaan politiknya. Kedua, sikap rendah hati dan demokratisnya di tengah kegaduhan politik internasional yang saling adu kuat saat ini 

Itulah sebabnya pernyataan Diomaye Faye tentang larangan memasang foto dirinya untuk introspeksi di gedung pemerintahan Senegal membuat geger dunia. Bahkan ramai diperbincangkan PBB. Di dunia yang hiruk pikuk karena rebutan "foto selfi kekuasaan" -- sikap Presiden Senegal itu seperti oase di tengah gurun. Memberikan secercah sinar pada kegelapan hati para pemimpin dunia yang saat ini berebut kekuasaan. 

Semoga kebijakan Diomaye Faye tersebut menginspirasi para pemimpin negara di dunia. Sekali lagi, catat apa yang dikatakannya: "Karena aku bukan Tuhan, bukan pula ikon, tetapi aku adalah pelayan bagi bangsa. Sebaliknya, taruhlah foto-foto anak-anakmu sehingga kamu akan melihatnya setiap kali hendak mengambil keputusan."

Baca Juga: Amidhan Shaberah: Untung Ada Prabowo! 

Ya! Keputusan seorang pemimpin apa pun adalah untuk kebaikan masa depan generasi berikutnya. Generasi  mendatang. Bukan untuk dirinya sendiri dan kerabatnya semata!

*Dr. KH Amidhan Shaberah adalah Komisioner Komnas HAM 2002-2007/Lembaga Kajian MPR RI 2019-2024. ***

Halaman:

Berita Terkait