DECEMBER 9, 2022
Kolom

Syaefudin Simon: Amidhan dan Islamic Center Jonggol

image
Amidhan Shaberah (Foto: Youtube)

Oleh: Syaefudin Simon*

Pembelajar abadi dan kreativitas tak pernah henti. Itulah sosok KH Dr. Amidhan Shaberah.

Di usianya yang 87 tahun, Pak Amidhan, ketua Majlis Ulama Indonesia 1995-2015 itu, masih bersemangat untuk membangun sebuah Islamic Center di Desa Singasari, Jonggol, Kabupaten Bogor. Namanya Islamic Center Al-Salam. 

Baca Juga: Dr KH Amidhan Shaberah: Hijrah dan HAM

Di lahan seluas 3,5 hektar di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, sebuah masjid berwarna putih dengan landscape arsitektur mirip Tajmahal telah berdiri dengan anggun. Masjid Al-Salam, kata Kyai Amidhan, bisa menampung 2000 jamaah bila dipakai untuk salat Jumat dan hari-hari besar Islam. Masjid Al-Salam akan menjadi pusat aktivitas Islamic Center. Bukan sekadar  tempat ibadah.

Di samping masjid telah berdiri kantor Islamic Center Al-Salam. Bangunannya luas. Di dalam kantor ada perpustakaan dan ruang pengurus Yayasan Al-Salam. Di belakang masjid, Pak Amidhan telah membangun dapur umum.

Dapur umum?  Ya, dapur umum untuk tempat masak dan makan siswa-siswa Islamic Center Al-Salam. 

Baca Juga: Dr KH Amidhan Shaberah: Berwajah Imut tapi Teroris

Di sekitar masjid juga  akan dibangun asrama dan gedung sekolah. Masing-masing empat lantai. Asrama itu untuk santri-santri yang belajar di Islamic Center Al-Salam. Guru-guru Al-Salam, kalau mau tinggal di kompleks Islamic Center, disediakan rumah.

Menurut doktor Islamic Studies dari Novi Pazar Internasional University, Serbia ini, keberadaan Islamic Center di Jonggol ini sangat strategis. Karena Jonggol  berada di tengah-tengah antara Jakarta dan Bogor. 

Di Jonggol sekarang sedang tumbuh pesat perumahan dan pusat-pusat bisnis. Jonggol adalah kota masa depan. Itulah sebabnya, "aku mendirikan Islamic Center di sini," jelas mantan Dirjen Haji dan Bimas Islam Departemen Agama itu.

Baca Juga: Dr KH Amidhan Shaberah: Polisi Memburu "Escobar Indonesia"

Santri-santri yang akan belajar di Islamic Center Al-Salam adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan hanya pintar agama Islam, tapi juga harus berwawasan internasional. Itulah sebabnya, di Islamic Center nanti diajarkan bahasa Arab dan Inggris. Muridnya nanti berbahasa Arab dan Inggris untuk percakapan sehari-hari.

Pengajar dua bahasa di Islamic Center ini, jelas Kyai Amidhan, diusahakan native speaker, orang asli dari negara yang bahasa ibunya Arab dan Inggris, sehingga pelajaran bahasanya lebih aplikabel. 

Tak hanya itu. Santri di Islamic Center juga mendapat pelajaran wiraswasta. Ada pelajaran pertanian, peternakan, dan perikanan. Semuanya akan dipraktikkan di lapangan, di lahan milik Islamic Center, ujar mantan komisioner Komnas HAM itu. 

Baca Juga: Dr KH Amidhan Shaberah: Mahkamah Internasional dan Genosida Palestina

Menurut Pak Kyai, umat Islam ke depan harus maju. Tidak hanya dalam ilmu keislaman, tetapi juga ilmu bisnis dan  kewiraswastaan. 

Islamic Center Jonggol, ujar ulama kelahiran Banjar Kalsel ini, dekat dengan kampus-kampus besar seperti UI dan IPB. Kedua kampus besar ini sudah "menginternasional" dan jaringannya luas. Sehingga memungkinkan santri-santri Islamic Center Al-Salam bisa saling berinteraksi dengan civitas akademika kedua perguruan tinggi negeri besar tersebut. 

Kyai Amidhan berharap Islamic Center-nya akan menjadi pusat kegiatan pendidikan Islam yang maju dan berperadaban. Islamic Center Al-Salam, harap Pak Kyai, akan berkembang mengikuti perkembangan "kota mandiri" Jonggol yang sangat pesat.

Baca Juga: KH Amidhan: Wilders, Aboutaleb, dan Seedorf: Islam di Belanda

*Syaefudin Simon adalah penulis dan kolumnis. ***

Berita Terkait