DECEMBER 9, 2022
Buku

Supriyanto Martosuwito: Buku Kesaksian 23 Wartawan KOMPAS Penuh Cerita yang Menarik

image
Buku Kesaksian 23 Wartawan KOMPAS (Foto: Supriyanto Martosuwito)

ORBITINDONESIA.COM - Ada lima alasan mengapa saya membaca buku, mengapa saya melihat postingan media sosial dan mengunggah tulisan opini di Majelis Fesbukiyah yang Mulia ini. Ke lima alasan itu sama, yaitu (1) Penting (2) Menarik (3) Relevan (4) Berguna dan (5) Berdampak.

Buku ini, ‘Kesaksian 23 Wartawan Kompas’ memenuhi ke lima syarat itu. ‘Penting’, karena terkait dunia jurnalistik. ‘Menarik’, karena cerita tentang wartawan media besar dan media nasional. ‘Relevan’, karena sebagian besar hidup saya menjadi wartawan media cetak. ‘Berguna’, karena ini dunia saya . Dan akhirnya; ‘Berdampak’, karena membangkitkan kenangan berjurnalistik era media cetak, dan merenungi kembali perjalanan hidup saya 40 tahun terakhir .

Penulis dan editor buku ini adalah Dr. Ir. Albert Kuhon MS, SH, mantan wartawan ‘Kompas’ (1982-1989), Redaktur Pelaksana Harian ‘Jayakarta’ (1989-1990), Kepala Biro ‘Suara Pembaharuan’ di Washington DC (1990-1997), Manajer Liputan Khusus SCTV (1997-2002), dosen dan pengacara. Komplit.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Pemilih Perempuan Lebih Condong ke Ganjar Pranowo

Buku ini mengungkap kehidupan wartawan dari belakang meja redaksi, ‘Kompas’ sejak masih berkantor di Jl. Pintu Besar - Jakarta Kota, hingga Palmerah - Jakarta Barat. Sejak kantor redaksi menempati pabrik obat, hingga menjadi gedung pencakar langit.

Sebanyak 23 wartawan menceritakan dan diceritakan kembali oleh editornya: Albert Kuhon, ikhwal perjalanan mereka di balik liputan dari wartawan yang mengisi berbagai pos liputan, latar belakang dan menemui banyak narasumber, menjalani petualangan, yang semuanya menarik - selain menegangkan dan mengharukan. Juga melengkapi dengan kehidupan masing masingnya, sebelum dan sesudah menjadi wartawan ‘Kompas’.

Dan utamanya juga mencakup masa ketika saya juga sedang menjadi wartawan media cetak. Artinya: sezaman. Secara umum antara 1980 hingga 2000. Saya sendiri menjadi jurnalis sejak 1984 dan pensiun 2020 lalu. Sebagian besar wartawan yang dikisahkan di sini adalah bekerja pada masa itu; “angkatan” saya .

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Mayoritas Responden Sebut Gibran Maju Pilpres 2024 adalah Bentuk Politik Dinasti

Seyakinnya dan sejujurnya - saya tidak menyesal menjadi wartawan. Seandainya saya dilahirkan kembali, saya tetap ingin menjadi wartawan lagi.

Saya wartawan pertama di keluarga dan kewartawanan saya menular pada adik saya Sutrisno Buyil dan kakak saya, Sugeng Hartoyo.

Menjadi wartawan itu keren, bergengsi, menarik, dan seperti kesaksian seorang jurnalis ‘Kompas’ di buku ini : mencandu! Bikin kecanduan! Meski hidup pas pasan, dari sisi pengalaman dan petualangan, wuiiih....

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Prabowo-Gibran Bertengger di Puncak dengan Elektabilitas 39,3 Persen, Pilpres Bisa 2 Putaran

MAKA, saya menyampaikan salut, kagum kepada penulis dan editornya, Bung Albert Kuhon. Sejak dulu kala saya mengenal namanya sebagai jurnalis hebat - meski belum pernah ketemu orangnya. Tapi dari buku ini, nampak kehebatannya, terutama sebagai pencerita: ‘story teller’.

Halaman:

Berita Terkait