Kantor Pemerintah Tanpa Foto Presiden
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 25 April 2025 08:23 WIB

Oleh Dr KH Amidhan Shaberah*
ORBITINDONESIA.COM - Di Indonesia, bila kita masuk ke kantor pemerintah, maka yang pertama terlihat di lobi utama adalah foto besar Presiden dan wakil presidennya. Terutama presiden dan wakil presiden yang sedang menjabat.
Saat ini, berarti foto Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ini terjadi di mana-mana. Di seluruh dunia. Protap (prosedur tetap)nya, memang demikian.
Baca Juga: 20 Tahun Invasi Irak: Negeri Saddam Hussein Hancur Dibom oleh AS, Tapi Dibangun Lagi oleh China
Bahkan di sejumlah negara -- terkadang foto, gambar, dan patung presidennya ada di mana-mana. Baik di gedung pemerintah, swasta, di toko swalayan, di gedung olah raga, di tempat wisata dan di setiap sudut jalan.
Foto Presiden Irak Saddam Husein (1979-2003), misalnya, hampir "menghiasi" seluruh tempat di Irak. Dari desa sampai kota. Kantor berita Prancis AFP, misalnya, menyatakan, foto Saddam Husein lebih banyak dari jumlah rakyat Irak saat itu.
Juga foto Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayez (1991-2019) yang mencolok di setiap gedung dan tempat umum. Ia seakan hadir di mana saja, di tiap jengkal tanah Kazakhstan. Patung Nazarbayev yang megah di tengah ibu kota Astana menjadi "icon" negeri pecahan Uni Soviet tersebut.
Baca Juga: KH Amidhan: Wilders, Aboutaleb, dan Seedorf: Islam di Belanda
Dan masih banyak lagi Presiden "otoriter" yang mewajibkan foto dan patungnya dipasang tidak hanya di gedung pemerintah, tapi juga di tempat-tempat publik dan rumah penduduk. Seperti foto Presiden Uganda Idi Amin dan Mobutu Seseseko (Zaire atau Kongo).
Fenomena "kekuasaan foto" tersebut umumnya dilakukan oleh para kepala negara yang diktator. Maklumlah, banyaknya foto di negerinya seakan menggambarkan popularitas dan besarnya kekuasaan sang presiden. Hal semacam inilah yang tampaknya ingin dihilangkan oleh Presiden baru Senegal.
Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye melarang fotonya dipajang di kantor-kantor pemerintah.
"Saya tidak ingin foto saya ada di kantor" kata Diomaye Faye. Alasannya, luar biasa. Sangat menyentuh hati.
Baca Juga: Amidhan Shaberah: Puan Maharani dan Demokrasi
"Saya bukan siapa-siapa. Jabatan hanya sementara. Tidak abadi," katanya. Diomaye Faye menganggap kalau dirinya bukan siapa-siapa, sekalipun dia merupakan Presiden, tokoh sentral sebuah negara.