DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Catatan Denny JA: Agama Bertahan Bukan Karena Kebenaran Fakta Sejarahnya

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Jika Tuhan harus terukur untuk dipercayai, maka cinta pun harus dipecah menjadi angka.
Jika yang bisa dirasakan hanya yang teruji secara ilmiah, maka mengapa manusia tetap menangis saat merasakan kedalaman batiniah?

Sains memberi terang dalam gelap. Tetapi agama memberi kehangatan dalam kegelapan.
Sains menjelaskan bagaimana dunia bekerja. Tetapi agama bertanya, mengapa kita ada?

Sains bisa menciptakan AI, tetapi tak bisa mengajarinya tentang rindu.
Sains bisa membaca pola cuaca, tetapi tak bisa menenangkan hati yang gelisah.
Sains bisa memetakan semesta, tetapi tak bisa menjawab, untuk apa kita ada?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini

Di dunia yang semakin rasional, bagi yang meyakini, Tuhan tetap berbisik dalam sunyi.
Bukan sebagai rumus, bukan sebagai dogma, tetapi sebagai makna yang selalu dibutuhkan.

-000-

Pertanyaannya adalah: apakah agama masih dan akan terus memberi makna bagi manusia?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Peluncuran Buku Puisi Esai Negara Dalam Gerimis Puisi Karya Isti Nugroho

Selama ia bisa menjawab pertanyaan terdalam manusia,
Selama ia memberi harapan di tengah ketidakpastian,
Selama ia menjaga keterikatan spiritual, agama akan terus ada bagi yang membutuhkannya.

Ini menjadi prinsip kedua dari tujuh prinsip yang saya kembangkan untuk membentuk Teori Agama dan Spiritualitas di Era AI, bahwa agama bertahan bukan karena kebenaran fakta sejarah yang dituturkannya.***

Jakarta, 5 Maret 2025

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyambut Agama di Era Artificial Intelligence, Tak Bersama Durkheim, Weber, dan Karl Marx

CATATAN

Halaman:

Berita Terkait