DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Pejuang Itu Mati dalam Status Tahanan Politik

image
Ilustrasi (Istimewa)

Di benaknya, keadilan bukan genderang perang,
tetapi sungai yang mengalir tanpa mengguncang tepiannya.

Ia ingin Indonesia berkeringat dalam damai,
bukan membakar rumahnya sendiri,
demi api yang tak bisa dijinakkan.

-000-

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berdirinya Partai Politik Pertama

Tetapi,
siapa sudi mendengar bisikan tanpa amarah?

Siapa mau ikut pemimpin yang tak menggetarkan bumi?

Di zaman yang gemuruh, suara lembut dianggap angin lalu,
langkah tenang dianggap jejak yang tak berbekas.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Awal Mawar yang Berduri

Ia kembali ke tanah air
membawa gagasan, bukan pedang.

Penanya lebih tajam dari baja.
Pikiran lebih teguh dari tembok penjara.

Namun politik lebih mencintai suara meriam,
daripada kata-kata yang mekar dalam keheningan.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Aku dan Banjir Jakarta

Ia duduk bersama Bung Karno dan Bung Hatta,
di meja panjang yang menimbang takdir bangsa.

Halaman:

Berita Terkait