Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 25 Agustus 2024 19:58 WIB
Kita bisa membayangkan betapa kerumitan akan muncul ketika pelukis harus menggubah adegan-adegan kolosal yang memerlukan kompleksitas pergerakan.
Ada figur yang menunduk, ada yang tegak, ada yang jongkok. Ada figur yang tersenyum simpul, ada yang muram, ada yang tertawa lebar, dan ada yang menitikkan air mata.
Ada satwa yang melompat kabur, ada tetumbuhan yang sedang tumbuh subur. Di sini, kemampuan seorang pelukis dalam memverbalisasi bentuk - demi memformat perintah atas perangkat AI - sangat diperlukan.
Baca Juga: Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar: Pengantar Buku ke-5 Lukisan Artificial Intelligence
Denny mampu melakukan itu dengan baik. Ia menyebut bahwa AI adalah asisten seni yang secara cermat ia didik.
Lalu, untuk memasukkan unsur rasa serta emosi, Denny melakukan campur tangan dengan membuat sentuhan langsung dengan kuas, pena, pisau palet, dan sebagainya. Sehingga memunculkan sapuan dan garis manual, goresan dan pulasan spontan, tekstur, lelehan cat, dan semacamnya.
Intervensi manual ini sering berfungsi sebagai finishing touch, dan menjadikan lukisan sebagai karya yang punya sentuhan jiwa pribadi. Agar karya tidak didominasi oleh perupaan hasil program text-to-image generator yang difasilitasi mesin generatif AI.
Metodologi penciptaan lukisan seperti ini belum pernah dilakukan secara total oleh seniman sebelumnya, kecuali oleh Denny JA.
-000-
Seni lukis - menengok dari awal - pada mulanya divisualkan dengan bahan getah tetumbuhan dan darah hewan, seperti yang tampak pada lukisan primitif di Goa Altamira sampai Goa Leang-Leang. (Temuan yang menghasilkan lukisan cat air).
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ada Suara Tanpa Kata, Dengarlah
Para kurun kemudian manusia menemukan campuran serbuk kayu, tanah, dan bebatuan untuk bahan warna, yang direkatkan oleh tempera. (Temuan yang menghasilkan lukisan arang, pastel, dan cat liat).