DECEMBER 9, 2022
Kolom

Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA

Dalam pertunjukan ini, Denny juga menghadirkan tema-tema aktual dan bahkan kontekstual. Lukisan itu berjudul Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia

Lukisan menggambarkan Paus sedang membasuh kaki seorang pemuda di tepian sungai yang mengalir jernih. Proses pembasuhan itu disaksikan oleh banyak orang. 

Dalam satu lukisannya, Paus diperlihatkan sedang membasuh kaki seorang penganut Hindu. Sementara pada lukisan lain, Paus sedang membasuh kaki seorang Muslim di sehampar kedung nan bening. Tak jauh dari tempat pembasuhan itu tampak menjulang menara dan kubah masjid.

Baca Juga: Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar: Pengantar Buku ke-5 Lukisan Artificial Intelligence

Denny tahu benar hikayat Paus Fransiskus membasuh kaki. Dan itu dimulai ketika pada Maret 2024 lalu, Paus Fransiskus berada di Penjara Rebibbia, Roma, untuk merayakan Misa Perjamuan Terakhir Kamis Putih bersama narapidana.

Di situ, Paus membasuh kaki para narapidana, yang dimaknai sebagai sikap yang menghormati kesetaraan dan kerendah-hatian.

Namun, Paus Fransiskus sendiri memulai tradisi itu pada tahun 2018 ketika berada di Penjara Regina Coeli, Roma. Suatu ritual yang meneruskan tradisi basuh kaki yang dilakukan Paus Yohanes XXIII pada 1959.

Baca Juga: Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar?: Pengantar Buku Lukisan dengan Artificial Intelligence Karya Denny JA

Basuh kaki adalah wujud perbuatan dari pikiran dan hati yang mempercayai bahwa semua orang adalah sama dan setara. Dan itu dalam Alkitab, lewat Yohanes 13:13, Matius 16:24, serta Lukas 9:23, dimaktubkan sebagai pengingatan. 

Guru harus rela berendah hati agar dapat melakukan pekerjaan seorang pelayan. Guru, atau Paus, adalah pelayan.

Lukisan yang manis visual dan manis ini, lagi-lagi hanya imajinasi Denny belaka. Karena menurutnya, dalam lawatannya ke Indonesia tidak ada ritus Paus mencuci kaki rakyat.

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ada Suara Tanpa Kata, Dengarlah

“Lukisan-lukisan ini hanya imajinasi kerinduan kita akan pemimpin yang bergerak dengan hati, dan secara otentik melayani kemanusiaan. Apa pun agamanya, negaranya, gendernya, etniknya, dan identitas kulturalnya,” katanya.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait