Memperluas Tafsir Kurban Hewan: Kurban Tak Sebatas Bahimatul An'am
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 13 Agustus 2024 07:11 WIB
Menjawab pertanyaan Denny JA, “Akan menguatkah tafsir yang tak lagi harus hewan dijadikan kurban ritus agama,” saya yakin bahwa hal ini mungkin terjadi.
Namun, untuk itu, kita perlu mempertebal kesadaran tentang hak-hak hewan hingga vegetarianisme, yang ternyata belum banyak dibahas oleh para ulama. Selain itu, saya akan memperkaya pemikiran Denny JA pada aspek lain yang belum disentuhnya.
Richard C. Foltz, hampir dua puluh tahun lalu, merasakan kegelisahan yang sama seperti Denny JA. Guru besar dari Harvard ini, yang mengakui bahwa dirinya bukan ahli Islam, terdorong untuk menulis buku “Animals in Islamic Tradition and Muslim Cultures.”
Baca Juga: Kurban dan Cinta (Refleksi Hari Raya Idul Qurban)
Ia berharap, akan lebih baik jika buku ini ditulis oleh seorang ulama, atau mungkin oleh seorang guru besar hukum dari universitas di Arab Saudi, sehingga kredibilitasnya lebih meyakinkan.
Atau, tambahnya, jika argumen-argumen dalam bukunya diajukan oleh pemikir radikal besar dunia Muslim seperti Khaled Abou El-Fadl, Farid Esack, atau Abdol-Karim Soroush, mungkin hal itu bisa memicu perdebatan di dalam komunitas Muslim, setidaknya di kalangan intelektual.
Foltz tampaknya sedang berusaha mendorong diskusi mengenai persoalan lintas spesies melalui wacana yang dikemukakannya ihwal hewan kurban.
Baca Juga: Anda Mimpi Mengikuti Tes atau Ujian, Apa Tafsirnya?
Memang tidak banyak ulama yang menulis soal hewan. “Kitab al-Hayawan” karya al-Jahidz (w. 868 M) adalah salah satu karya langka yang mengkaji dunia hewan, yang merupakan terjemahan dari buku “Historia Animalium” karya Aristoteles.
Buku Foltz mengisi kekosongan dengan merangkum sebagian besar informasi tentang hewan dalam Islam yang tersedia dari Al-Qur’an, hadis, fiqh, filsafat, sains, sastra, seni, sarjana kontemporer, situs web, dan bahkan vegetarianisme Islam. Ia juga memuat satu bab khusus tentang anjing.
Foltz umumnya berpikiran terbuka dan bersikap penuh hormat, menunjukkan beberapa aspek di mana Islam melampaui tradisi lain dalam merawat hewan, seperti ajaran bahwa hewan memiliki jiwa, atau menurut istilah Denny, memiliki kesadaran.
Baca Juga: Puisi Prof. Dr. I Ketut Surajaya: Hukum Kaya Tafsir
Namun, dia tak ragu untuk mengkritik beberapa sarjana yang berpandangan sempit, serta penyimpangan dalam praktik dari ajaran Al-Qur’an dan Nabi Muhammad Saw yang tercerahkan.