Memperluas Tafsir Kurban Hewan: Kurban Tak Sebatas Bahimatul An'am
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 13 Agustus 2024 07:11 WIB
Oleh: Ahmadie Thaha
ORBITINDONESIA.COM - Alkisah, Rabi’ah Adawiyah, sufi perempuan dari abad kedelapan yang berasal dari Basrah, Irak, sedang menaiki gunung tempatnya merenung.
Kambing liar dan kijang berkumpul di sekelilingnya, seolah terhipnotis oleh kehadirannya. Tiba-tiba, Hasan Basri, seorang sufi lain, muncul di tempat itu. Namun, kedatangannya justru membuat semua binatang pergi menjauh.
Baca Juga: Kurban dan Cinta (Refleksi Hari Raya Idul Qurban)
Tingkah laku hewan-hewan itu membuat Hasan kebingungan. Ia bertanya kepada Rabi’ah, “Mengapa mereka menjauh dariku, padahal mereka begitu akrab denganmu?”
Rabi’ah kemudian bertanya, “Apa yang kamu makan hari ini?” Hasan menjawab, “Sup.” Mendengar itu, Rabi’ah langsung berkata: “Kamu memakan lemak mereka. Bagaimana mungkin mereka tidak menjauh darimu?”
Kisah serupa diceritakan oleh ‘Abdul Karim al-Qusyairi tentang Ibrahim bin Adham. Ketika sufi yang pernah menjadi pemburu ini sedang mengejar seekor kijang, ia mendengar suara yang bertanya, “Ibrahim, apakah untuk ini Kami menciptakanmu?”
Baca Juga: Anda Mimpi Mengikuti Tes atau Ujian, Apa Tafsirnya?
Kesadaran pun menyergap Ibrahim. Ia segera turun dari kudanya, melepas pakaian mewahnya, dan memilih untuk menjalani kehidupan sebagai seorang sufi pengembara.
Dua kisah di atas saya kutip untuk memberikan konteks pada artikel Shahid ‘Ali Muttaqi. Karya tulisnya, berjudul “An Islamic Perspective Against Animal Sacrifice,” dirujuk oleh Sdr. Denny Januar Ali dalam artikel renungan Idul Adha, “Akan Menguatkah Tafsir yang Tak Lagi Harus Hewan Dijadikan Kurban Ritus Agama.”
Shahid berpendapat, sudah saatnya umat Islam tidak lagi menyembelih hewan secara massal sebagai bagian dari ritus agama. Menurutnya, yang penting dalam kurban bukanlah fisik hewan yang dikorbankan, melainkan ekspresi ketakwaan manusia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, surat Al-Hajj ayat 37. Dalam narasi ini, kurban hewan tidaklah esensial.
Baca Juga: Puisi Prof. Dr. I Ketut Surajaya: Hukum Kaya Tafsir
Setelah menelusuri lebih jauh, saya menemukan bahwa Shahid ‘Ali Muttaqi adalah seorang pro-vegetarian dan pendiri Taliyah al-Mahdi, sebuah organisasi militan mesianik apokaliptik Syiah. Pada awal tahun 2000-an, ia menulis tentang vegetarianisme di situs IslamicConcern.com, dan dari sini lahir sejumlah fatwa yang dimuat pada bagian “Halal Living,” dengan subjudul “Vegetarianism Fatwa.”