DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Menangnya Gerakan Katakan tidak kepada Keharusan Berjilbab: Inilah Pandangan Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Gerakan dengan tokoh utama Vida ini meluas menjadi percakapan publik. Foto Vida melepas jilbab dan meletakkan di atas tongkat menjadi foto yang ikonik. 

Ia menjadi simbol keberanian perempuan Iran menolak Negara dan Otoritas Agama terlalu jauh mendominasi dunia perempuan.

Lalu muncul kembali gerakan dan protes paling panjang, paling besar, dan paling lama dari gerakan perempuan di Iran menentang kewajiban memakai jilbab. Ini berlangsung di tahun 2022 hingga 2023.

Baca Juga: Era Artificial Intellegence: Tiga Jenis Penulis dan Teror Mental Putu Widjaya, Sekapur Sirih Denny JA

Ini gerakan yang hampir satu tahun usianya, disebut "Mahsa Amini Protests". Protes ini meluas akibat meninggalnya Mahsa Amini. 

Amini seorang perempaun yang tidak memakai jilbab. Akibatnya, ia ditangkap oleh polisi agama dan dipenjara. Dalam penjara, ia tetap menunjukkan perlawanannya.

Amini mengatakan bahwa ia punya hak untuk memakai jilbab atau tidak. Lalu terdengar sayup-sayup dari luar. Mahsa Amini disiksa dan berujung pada kematiannya.

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ada Suara Tanpa Kata, Dengarlah

Segera ini menjadi berita besar di Iran. Ini sudah dianggap melampaui batas: ada seorang perempuan mati di penjara karena menolak memakai jilbab. 

Gerakan meluas karena kondisi di bawah permukaan sudah membara. Berita ini dicatat oleh The New York Times dan juga oleh Iran Human Rights. 

Mereka mencatat sebanyak 476 orang tewas karena gerakan ini. Begitu banyak yang memberontak atas aturan ini, namun polisi begitu keras menekannya. 

Baca Juga: Ziarah untuk Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa: Pengantar Buku Puisi Esai Jonminofri dari Denny JA

Gerakan ini mereda tapi tak pernah selesai. Perlawanan juga terjadi di media sosial. Banyak wanita menyatakan di Facebook tentang "Say No" pada kewajiban memakai jilbab.

Halaman:

Berita Terkait