Era Artificial Intellegence: Tiga Jenis Penulis dan Teror Mental Putu Widjaya, Sekapur Sirih Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 05 Juli 2024 14:05 WIB
ORBITINDONESIA.COM - “Persoalan dengan Artificial Intelligence (AI) bukanlah kecerdasan ini akan menggantikan manusia. Ia hadir justru menjadi alat bantu agar kita menjadi versi yang lebih baik daripada homo sapiens saat ini.”
Pernyataan dari Fei-Fei Li ini yang teringat, ketika saya menyaksikan Putu Wijaya.
Bulan Desember 2023, di atas panggung, dari kursi rodanya, dalam acara SATUPENA, dibantu dua orang asisten di kanan dan di kiri, di akhir pementasannya, Putu berdiri, dan memekik sepenuh tenaga:
*Hidup manusia! Hidup manusia!*
Hadirin riuh rendah bertepuk tangan. Penonton terkesima bukan saja pada semangat Putu Wijaya yang melampaui fisiknya.
Tetapi juga karena hadirin merasakan percikan api keyakinan Putu Wijaya pada kemampuan manusia.
Ketika turun dari panggung, Putu Wijaya bercerita membisik kepada saya.
Ia terpana dan shock mendengar pidato saya (Denny JA).
Selaku Ketua Umum SATUPENA, Perkumpulan Penulis Indonesia, saya memberi sambutan mengenai perkembangan mutakhir.
Dalam orasi itu saya katakan, betapa sekarang ini, AI bukan saja sudah bisa menulis buku sendiri. Tapi beberapa buku yang ditulis AI sudah pula mencapai best seller di toko buku online terbesar Amazon.com.