DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Menangnya Gerakan Katakan tidak kepada Keharusan Berjilbab: Inilah Pandangan Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Mengapa isu jilbab menjadi besar sekali di Iran bahkan masuk ke dalam top isu panggung utama pemilu presiden? 

Gerakan panjang sudah lama terjadi di Iran menentang hukum wajib memakai jilbab bagi semua perempuan. Hukum wajib ini diterapkan sejak Revolusi Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Imam Khomeini. 

Ini revolusi yang mengubah Iran dari negara sekuler menjadi negara Islam. Maka diwajibkan pula semua wanita di ruang publik harus memakai jilbab. Yang tidak memakai jilbab akan terkena sanksi hukum.

Baca Juga: Era Artificial Intellegence: Tiga Jenis Penulis dan Teror Mental Putu Widjaya, Sekapur Sirih Denny JA

Sejak tahun 1979, sudah terjadi berbagai aksi protes dari berbagai aktivis perempuan. Aksi protes itu terjadi secara sporadis.

Namun, ada dua gerakan besar yang menentang kewajiban memakai jilbab di tempat umum.

Pertama adalah gerakan tahun 2017 yang terkenal dengan julukan "Girls of Enghelab Street". 

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ada Suara Tanpa Kata, Dengarlah

Di tahun 2017 itu, sekelompok perempuan berprotes di jalan Enghelab.

Satu tokoh di sana bernama Vida Movahed. Ia secara demonstratif naik ke tempat tinggi. Ia berdiri, dan melepas jilbabnya di depan umum. 

Jilbabnya ia letakkan di tongkat, ia angkat tongkat ke atas, dan ia putar-putar. Lalu mengatakan bahwa kaum perempuan harus menentukan sendiri cara berpakaian. 

Baca Juga: Ziarah untuk Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa: Pengantar Buku Puisi Esai Jonminofri dari Denny JA

“Negara tidak boleh mengatur cara kita berpakaian. Yang penting pakaian kita sopan. Apakah kita memakai jilbab atau tidak, sepenuhnya hak kita.”

Halaman:

Berita Terkait