DECEMBER 9, 2022
Kolom

Denny JA dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Setelah menerbitkan lima karya berbentuk aneh dan diberi nama puisi esai itu, Denny JA bergabung dengan Jurnal Sajak. Waktu itu, Jurnal Sajak--media sastra/puisi tertebal di Indonesia sepanjang zaman (4x tebal Horison) itu baru memasuki edisi kedua.

Maka pada Jurnal Sajak edisi 3 dibuka rubrik baru, yakni rubrik puisi esai dengan redaktur Ahmad Gaus.

Jurnal Sajak juga menyelenggarakan Lomba Menulis Puisi Esai pada tahun 2013 dan 2014 dengan hasil yang mencengangkan. Para pemenang Lomba Puisi Esai pertama terbit dalam buku Mata Luka Sengkon Karta (2013) yang memuat karya pemenang 1 Peri Sandi Huizche, pemenang 2 Beni Setia, dan pemenang 3 Saifur Rahman.

Baca Juga: Puisi Esai Berkembang Pesat di Malaysia, Denny JA Diterima Ketua Menteri Datuk Seri Hajiji Noor di Kota Kinabalu

Bersama buku itu diterbitkan pula buku Dari Singkawang ke Sampit, Dari Rangin ke Ketelepon, Mawar Airmata, dan Penari Cinta Anak Koruptor, yang merupakan nominator lomba serta karya yang dianggap menarik dari lomba. Kesemuanya terbit tahun 2013.

Pemenang Lomba Puisi Esai kedua diterbitkan dalam buku Konspirasi Suci (2014) berisi pemenang 1 Burhan Shiddiq, pemenang 2 Riduan Siutumorang, dan pemenang 3 Isbedy Stiawan ZS. Buku ini juga diikuti dengan terbitnya antologi nominator lomba serta karya menarik dari Lomba Menulis Puisi Esai ke-2, yakni Lumpur-lumpur Sejarah, Rantau Cinta Rantau Sejarah, dan Kisah Tak Wangi Belahan Jiwaku, semuanya terbit tahun 2014.

Yang menarik, dalam kedua Lomba Menulis Puisi Esai itu pemenangnya justru para debutan alias bukan dikenal sebagai penyair. Dalam lomba pertama, Peri Sandi Huizche maupun Saifur Rahman pendatang baru, sementara Beni Setia penyair kawakan.

Baca Juga: Melawan Diskriminasi dengan Puisi: Kata Pengantar Denny JA untuk Kumpulan Puisi Anti Diskriminasi dan Pro Toleransi

Dalam lomba kedua, Burhan Shiddiq maupun Riduan Siutumorang pendatang baru dan hanya Isbedy Stiawan ZS yang penyair kawakan. Motto puisi esai “yang bukan penyair boleh ambil bagian” sudah langsung terbukti sejak lomba kesatu dan kedua.

Selain kelahiran pertama buku puisi esai Atas Nama Cinta karya Denny JA, semua gerakan puisi esai ini bisa dibilang “tidak alamiah” melainkan by design, yang berpusat pada Denny JA sebagai pelopor puisi esai.

Gerakan puisi esai, selain dilakukan melalui Jurnal Sajak, juga dilakukan Denny JA dengan berbagai cara. Salah satunya adalah kiprah Fatin Hamama yang berhasil mengumpulkan sekian banyak penyair/sastrawan yang lumayan dikenal untuk masing-masingnya menulis puisi esai yang terbit dalam empat antologi yakni Serat Kembang Raya, Sungai Isak Perih Menyemak, Jula Juli Asam Jakarta, Moro-moro Algojo Merah Saga, dan buku Testamen di Bait Sejarah—sebuah puisi esai fenomenal Rama Prabu sepanjang dua ratusan halaman dengan ratusan catatatan kaki.

Baca Juga: Puisi Gol A Gong: Kopi Tubruk

Semuanya terbit tahun 2014.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait