Denny JA dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 08 Juni 2024 09:30 WIB
Jika Angkatan 2000 yang dikemukakan Korrie Layun Rampan dijadikan patokan, maka pertanyaannya adalah: 15 tahun atau 25 tahun setelah “Angkatan 2000” dalam sastra Indonesia muncul angkatan apa? 15 tahun setelah Angkatan 2000 adalah 2015 sementara 25 tahun setelah Angkatan 2000 adalah 2025. Ada apa di sana?
Sudah barang tentu lahirnya suatu angkatan tidak menunjuk suatu waktu yang fixed. Angkatan 45 diumumkan dan diterima kalangan sastra dengan tokoh-tokoh seperti Chairil Anwar, Asrul Sani, RIvai Apin, Idrus, Rosihan Anwar, Sitor Situmorang, Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, Sitor Situmorang, dsb.
Namun semua orang tahu bahwa Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, misalnya, menulis dan memuatkan karyanya sebelum tahun 1945, sementara Sitor Situmorang setelahnya.
Demikian pula dengan Angkatan 2000. Hampir sebagian besar sastrawan yang dimasukkan ke dalamnya bahkan sudah menulis sejak tahun 90-an.
Maka, masa 15 tahun atau 25 yang dikemukakan H. B. Jassin bagi lahirnya suatu angkatan baru bersifat kurang lebih alias cair. Kembali pada pertanyaan setelah Angkatan 2000 ada apa dalam sastra Indonesia?
-000-
Tahun 2012 muncul buku Atas Nama Cinta karya Denny JA. Sebuah buku “aneh” yang berisi puisi tapi bukan puisi, cerpen atau esai tapi berlarik-larik, bukan makalah tapi bercatatan kaki.
Buku aneh ini oleh penulisnya disebut “puisi esai”.
Setelah terbit buku puisi esai Atas Nama Cinta, bermunculan buku demi buku kumpulan puisi esai, seperti Kutunggu Kamu di Cisadane Ahmad Gaus (2012), Manusia Gerobak Elza Peldi Taher (2013), Imaji Cinta Halima: Lima Kisah Kasih dalam Pergumulan Agama Novriantoni Kahar (2013), Kuburkan Kami Hidup-hidup, Anick HT (2014), Sanih, Kamu tidak Perawan(2014), Testamen di Bait Sejarah Rama Prabu (2014), dan Mereka yang Takluk di Hadapan Korupsi Satrio Arismunandar (2014).
Baca Juga: Puisi Gol A Gong: Kopi Tubruk
Kesemuanya berlabelkan puisi esai, kesemuanya memiliki basis estetika yang sama, dan kesemuanya mengelola tema-tema yang sama yang orang-orang yang terdiskriminasi atau terpinggirkan oleh sejarah atau sosial politik.