Zikir, Energi Batin, Sastra, Lukisan, Bisnis, dan Spiritualitas Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 18 Maret 2024 11:30 WIB
Dunia, katanya, memerlukan spiritualitas baru yang merangkum semua agama itu dalam kasih sayang. Sebuah fakta yang makin memungkinkan menerapkan spiritualitas baru adalah manusia yang tidak berafiliasi pada sebuah agama sekarang ini jumlahnya sangat besar.
Agama terbesar memang masih dipegang oleh Kristen yang disusul oleh Islam. Tetapi, manusia yang tidak merasa sebagai umat satu agama (non affiliated) menduduki posisi ketiga. Jumlah yang sangat besar ini perlu diwadahi agar bisa menjadi tenang dan damai di dalam situasi dunia yang bergolak dan rusuh ini.
Manusia, tambahnya membutuhkan spiritualitas baru.
Baca Juga: Hanggoro Doso Pamungkas LSI Denny JA: Airlangga Hartarto Punya Kartu AS Untuk Cawapres
Barang apakah yang ditawarkan Denny JA itu?
Dalam narasinya, Denny JA menyebutkan, spiritual baru itu tidak menggantikan peran agama tetapi cuma mengisi ruang-ruang yang tidak diisi oleh agama yang banyak itu.
Manusia, kata Denny JA, masih membutuhkan ketenangan dan kontemplasi. Apapun agamanya, bahkan yang tidak beragama sekali pun, manusia mempunyai tempat di otaknya untuk merenung dan memakna sisi transendental.
Baca Juga: LSI Denny JA: Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo Melawan Ganjar
Secara ilmiah, tempat itu disebut Parietal Cortex, yaitu bagian otak yang bisa memberikan ketenangan pada waktu manusia membutuhkan sandaran dalam ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Spiritual baru ini, katanya, masih membutuhkan Tuhan sebagai tempat untuk bersandar dan mencari ketenangan jiwa. Bukan Tuhan yang Maha Menghukum dan Maha Menentukan hidup manusia yang bercitra mengerikan dan menakutkan (authoritarian god).
Yang dibutuhkan adalah Tuhan yang penuh kasih sayang, yang memberi perlindungan, Mahalembut, Pemaaf dan Memaklumi kekurangan dan kelemahan manusia (benevolent god).
Bagaimanakah untuk mencapai dan mempraktikkan spiritualitas baru itu?