Catatan Denny JA: Minyak dan Takhta Zaman, Ketika Dunia Digerakkan Oleh Hitamnya Energi
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 01 Juli 2025 06:39 WIB

Minyak, dalam babak ini, menjadi identitas. Menjadi harga diri. Menjadi simbol perlawanan Selatan terhadap dominasi Utara.
-000-
Krisis, Harga, dan Realitas Baru
Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner
Setelah embargo, dunia mengalami “oil shock.” Mobil mengular di SPBU. Inflasi meroket. Resesi menyapu Eropa dan Amerika.
Tahun 1979, Revolusi Iran menggulingkan Shah. Produksi minyak terganggu. Dunia kembali panik. Harga melonjak, ekonomi limbung.
Namun sejarah bergerak spiral. Ketika harga terlalu tinggi, konsumen mencari jalan lain: energi nuklir, pengeboran Laut Utara, dan konservasi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Israel Melawan Iran, Perang Strategis, Ideologis, Bahkan Spiritual
1986, harga minyak anjlok. Negara-negara OPEC gemetar. Inilah paradoks minyak: terlalu murah menghancurkan produsen. Terlalu mahal menghantam pembeli.
Pasar berubah. Kontrak berjangka, spekulasi, dan dominasi dolar memperumit peta energi. Pasar tak hanya digerakkan oleh pompa, tapi juga algoritma.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya
Dunia Baru Energi: Akhir Zaman Minyak?