Catatan Denny JA: Minyak dan Takhta Zaman, Ketika Dunia Digerakkan Oleh Hitamnya Energi
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 01 Juli 2025 06:39 WIB

Minyak, Bisnis, dan Politik (1)
ORBITINDONESIA.COM - Yang membuat Iran tetap tegak, meski dihantam oleh kekuatan militer gabungan Israel dan Amerika Serikat pada Juni 2025, bukan semata karena rudal atau milisi Syiah yang militan.
Bukan pula hanya karena semangat keagamaan yang mengakar dan memberi daya tahan spiritual.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner
Iran memiliki sesuatu yang lebih sunyi—namun lebih menggetarkan: Selat Hormuz.
Di selat sempit inilah mengalir lebih dari 20% pasokan minyak dunia. Setiap kapal tanker yang melintas membawa denyut nadi ekonomi global.
Iran tahu, dengan satu ancaman menutup selat ini, ia tak hanya menekan musuh-musuhnya, tapi seluruh sistem pasar dunia.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Israel Melawan Iran, Perang Strategis, Ideologis, Bahkan Spiritual
Amerika Serikat pun gemetar. Jika Hormuz tertutup, harga minyak bisa melonjak dua kali lipat. Rakyat Amerika akan menghadapi krisis energi yang menggigit.
Sembako melambung. Pemilih Trump, yang semula beringas, akan balik menggigit presidennya sendiri.
Trump bukan hanya menghadapi Iran di medan perang, tapi menghadapi rakyatnya sendiri di bilik suara.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya
Minyak, dalam sejarah modern, bukan sekadar energi. Ia adalah takhta. Ia adalah diplomasi.