Catatan Denny JA: Minyak dan Takhta Zaman, Ketika Dunia Digerakkan Oleh Hitamnya Energi
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 01 Juli 2025 06:39 WIB

Peluru dan bom tak berarti tanpa logistik. Dan logistik zaman modern berarti satu kata: minyak.
-000-
Nasionalisasi dan Lahirnya OPEC—Ketika Minyak Menjadi Identitas Bangsa
Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner
Setelah perang, giliran negara-negara berkembang mengambil kendali. Mereka tak lagi mau jadi penonton.
Dimulai dari Iran tahun 1951. Perdana Menteri Mossadegh menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company. Inggris marah.
CIA meluncurkan Operasi Ajax, menjatuhkan Mossadegh. Kudeta ini jadi simbol bahwa minyak dan kedaulatan tak bisa dipisahkan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Israel Melawan Iran, Perang Strategis, Ideologis, Bahkan Spiritual
Negara lain mengikuti. Venezuela, Arab Saudi, Irak. Pada 1960, lahirlah OPEC: organisasi negara-negara penghasil minyak, yang menetapkan harga dan kuota.
Titik puncaknya: embargo minyak tahun 1973. Negara Arab memboikot AS karena mendukung Israel dalam Perang Yom Kippur. Harga minyak melonjak empat kali lipat. Dunia meringis.
Indonesia, pada masa Presiden Soekarno, bergabung dengan OPEC pada 1962. Alasannya jelas: memperkuat posisi tawar dan menegaskan kedaulatan atas sumber daya nasional.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya
Namun, minyak bukan hanya kekayaan. Ia juga jebakan. Negara penghasil minyak hidup dalam fluktuasi. Ketika harga tinggi, mereka merayakan. Saat harga jatuh, mereka porak-poranda.