Esai Haji: Saudi dan Sunyi yang Panjang Bagi Perempuan
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 16 Juni 2025 01:24 WIB

Saudi belum memiliki pemilu nasional karena sistemnya adalah monarki absolut. Jabatan politik tinggi masih ditunjuk, bukan dipilih.
Penutup
Perjuangan perempuan Saudi masih panjang dan penuh risiko. Karena Saudi menganut sistem kerajaan mutlak, kekuasaan tetap berada di tangan keluarga kerajaan. Hak-hak yang diberikan bukan hasil perjuangan rakyat, melainkan hadiah dari atas.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: 60 Tahun Denny JA, Catatan Seorang Sahabat
Jika kerajaan menganggap hak itu membahayakan stabilitas, ia bisa dicabut kapan saja. Kebebasan yang dinikmati perempuan Saudi hari ini adalah kebebasan yang diberikan, bukan kebebasan yang dimenangkan.
Kini aku sadar, selama tiga minggu di Saudi aku memang tak bisa benar-benar melihat wajah perempuan Saudi. Mereka tetap ada, tapi tidak tampak. Mereka berjalan di lorong yang berbeda, menggunakan pintu yang berbeda, bekerja di kantor yang berbeda, dan menjalani hidup dalam dunia paralel yang tak disentuh mata pengunjung singkat seperti aku.
Namun yang pasti, angin perubahan telah bertiup. Dan perempuan Saudi, meski perlahan dan diam-diam, sedang belajar untuk menari di tengah badai.
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
Di balik dinding beton dan tirai hitam yang rapat, sesungguhnya sedang tumbuh bunga-bunga kecil yang suatu hari bisa mekar di tanah yang selama ini tandus bagi suara perempuan.
Suatu hari, mungkin bukan generasi ini, tapi generasi setelahnya—perempuan Saudi akan berdiri sejajar dengan laki-laki bukan karena diberi izin, tetapi karena mereka memilih jalan itu sendiri.
Mekkah, 14 Juni 2025
*Elza Peldi Taher, penulis SATUPENA. ***