Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 18 Juni 2023 14:08 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Semalam, bersama isteri, saya menonton Mahakarya Randai II the Story of Malin Kundang di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Lebih dari 200 orang menonton acara ini, sesuai kapasitas kursi, sebagian orang Minang, meski harga tiket termurah 2 juta rupiah.
Acara makin menarik karena dipintu masuk gedung teater kecil ini dipamerkan lukisan Artificial Intelligence karya Denny JA.
Topik Malin Kundang yang menjadi cerita utama diolah Denny JA dalam lukisan dengan mengunakan teknologi AI sehingga cukup menarik minat pengunjung.
Baca Juga: Ada Sindikat Penjual Emas Palsu Berkeliaran di Kabupaten Tangerang, Polisi Bertindak
Pada lukisan itu tersirat kekuatiran Denny bahwa Artificial Intelligence yang dirawat ibu kandungnya manusia suatu saat juga akan menjadi Malin Kundang karena kecerdasannya sudah melewati kecerdasan manusia
Acara yang digagas sahabat baik saya uni Sastri Bakry, ketua Satupena Sumbar ini, kembali mengangkat cerita klasik, Malin Kundang si anak durhaka. Malin Kundang yang tak mau mengakui ibunya yang miskin setelah kaya, akhirnya dikutuk jadi batu.
Batu yang terletak di Pantai air Manis Padang itu menjadi magnet pariwisata Sumbar. Dongeng ini begitu mengakar kuat di Minang, bahkan banyak pula yang percaya bahwa cerita ini fakta, bukan fiksi. Yang percaya bukan hanya rakyat biasa, tapi juga kaum terpelajar.
Sebagai orang Minang, saya sebenarnya tak suka dengan legenda Malin Kundang, meski pesan moralnya amat bagus.
Yang tak saya sukai, seorang ibu, dari Minang pula, tega mengutuk anaknya jadi batu karena tak mengakui ibunya ketika sudah sukses. Tugas seorang ibu adalah mengantarkan anaknya ke pintu gerbang kehidupan agar mandiri.