Esai Haji: Saudi dan Sunyi yang Panjang Bagi Perempuan
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 16 Juni 2025 01:24 WIB

Tokoh-tokohnya antara lain:
• Loujain al-Hathloul: aktivis kampanye "Women2Drive" dan penghapusan perwalian, dipenjara 1001 hari.
• Manal al-Sharif: pelopor video menyetir perempuan, kini aktif di luar negeri.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: 60 Tahun Denny JA, Catatan Seorang Sahabat
• Samar Badawi: menggugat ayahnya sendiri karena menghalangi kebebasan bergerak.
• Hala al-Dosari: akademisi dan penulis vokal hak-hak perempuan.
Salah satu tokoh penting lainnya adalah Rajaa Alsanea, seorang dokter gigi dan penulis novel berjudul Girls of Riyadh (2005). Buku ini menjadi kontroversi besar di Saudi karena mengangkat kisah nyata kehidupan lima perempuan muda Riyadh yang bergumul dengan cinta, pernikahan, diskriminasi, dan tekanan budaya.
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
Disusun dalam bentuk email anonim yang dikirim mingguan, novel ini membongkar kepalsuan dunia elit Saudi dan mempertanyakan moral ganda terhadap perempuan. Meskipun dilarang secara resmi di Saudi saat itu, Girls of Riyadh menjadi bestseller internasional dan membuka ruang diskusi baru tentang perempuan Saudi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Jika dibandingkan dengan negara-negara muslim lain, gerakan perempuan di Saudi terlihat sangat tertinggal. Di Indonesia, sejak era 1920-an sudah berdiri organisasi perempuan seperti Aisyiyah (sayap perempuan Muhammadiyah), Fatayat NU, Perempuan Mahardhika, hingga Kalyanamitra, LBH APIK, dan banyak LSM perempuan lainnya yang secara terbuka memperjuangkan:
• Kesetaraan hukum,
• Akses pendidikan,