DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Dana Abadi Penghargaan Penulis dari Denny JA Foundation

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Tak hanya untuk sastra, tapi juga untuk spiritualitas lintas iman di kampus. Di dunia yang retak oleh polarisasi, pertemuan antar-keyakinan adalah obat langka yang harus dirawat.

-000-

Yang membuat penghargaan ini istimewa bukan hanya nilai uangnya, tetapi arah pandangnya: ke tepian.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menemukan Jalan Karier Sejati

Ahmad Tohari tak menulis dari ibu kota. Dion Mokoginta tak punya akses ke gedung penerbit Jakarta. Ester Haluk tak tampil di festival sastra metropolitan.

Ini bukan tentang selebritas penulis. Ini tentang keadilan estetik dan simbolik.

Seperti pernah diperjuangkan Gramsci: yang lokal tak kalah layak dikenang dibanding yang global.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Akhirnya yang Menang adalah Cinta

Denny JA Foundation adalah eksperimen. Bukti bahwa di tengah dunia yang diguncang AI, perang, dan krisis spiritual, masih ada ruang bagi kata-kata yang mendalam, bagi penghargaan yang memberi harapan.

Di kelas-kelas kampus, spiritualitas kini diajarkan. Di daerah-daerah, penghargaan penulis menyalakan api kecil.

Warisan sejati bukan saldo abadi, bukan bangunan tinggi, tapi nyala yang terus hidup dalam diri para penulis, bahkan ketika lampu dunia padam.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

“Jika sebuah komunitas menghormati penulisnya, ia sedang menanam pohon untuk generasi yang belum lahir.”

Halaman:

Berita Terkait