DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Dana Abadi Penghargaan Penulis dari Denny JA Foundation

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Pertama, karena penulis adalah penjaga kata. Dan kata, sebagaimana André Malraux katakan, adalah “senjata sunyi revolusi manusia.”

Penulis bukan hanya pencatat sejarah. Mereka pencipta makna. Namun banyak dari mereka hidup dalam kekurangan. Penghargaan menjadi oksigen agar kata terus bernapas.

Kedua, karya sastra adalah jembatan empati. Melalui tulisan, kita diajak masuk ke kulit orang lain, merasakan luka yang bukan milik kita. Tanpa itu, bangsa hanya tumbuh dalam statistik, bukan dalam jiwa.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menemukan Jalan Karier Sejati

Ketiga, di era digital yang brutal dan cepat, karya tulis mendalam terancam punah. Tanpa insentif, kita akan tenggelam dalam generasi konten kilat tanpa makna.

Penghargaan bukan sekadar penyegar. Ia adalah investasi substansi jangka panjang.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Akhirnya yang Menang adalah Cinta

Mengapa banyak penghargaan penulis di Indonesia tak bertahan lama?

Karena tidak dibangun dengan model keberlanjutan. Banyak penghargaan bergantung pada tokoh, bukan sistem; pada anggaran tahunan, bukan dana abadi.

Indonesia juga kekurangan filantropi budaya: keberanian untuk menyisihkan laba bisnis demi menopang kerja kebudayaan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

Melalui Denny JA Foundation, saya menanam model baru: menyisihkan saham dari bisnis pribadi untuk membangun fondasi abadi.

Halaman:

Berita Terkait