DECEMBER 9, 2022
Kolom

Opini Paulus Laratmase: Blok Masela, Harapan yang Tak Lagi Terapung

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kisah yang tak terlupa

Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 di era Presiden BJ Habibie dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Cadangan gas raksasa Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Setelah Inpex Masela Ltd mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menuju Perang Dingin 2.0, dan Kekalahan Amerika Serikat?

Kisah Blok Masela adalah cerita tak terlupa. Diawali Era Habibie, dieksekusi di era presiden Presden Prabowo Subianto.

Inpex Masela Ltd sendiri adalah pemegang hak partisipasi terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65 persen.

Sebelumnya, Inpex ditemani Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35 persen. Sayang, Shell kemudian memutuskan hengkang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Titiek Puspa dan Hidup yang Jenaka

Akhirnya, 35 persen saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20 persen dan Petronas 15 persen.

Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan mendapat persetujuan Menteri ESDM, pada 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam, dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.

Baca Juga: Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual yang Universal Masuk Kampus

Masela, Tanimbar, Saumlaki adalah bintang-bintang timur yang terang. Potensi sumber daya alamnya, seperti cahaya yang akan menerangi Indonesia 2045.

Halaman:

Berita Terkait