DECEMBER 9, 2022
Kolom

Opini Paulus Laratmase: Blok Masela, Harapan yang Tak Lagi Terapung

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Ketegangan pengembangan Blok Masela mengenai posisi kilang LNG, dibangun di darat atau skema floating (terapung), sudah berlalu. Pemerintah memutuskan lokasinya di darat.

Kalau sekarang ditanya, "Ada Apa Dengan Masela?"

Masyarakat Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, dengan semangat menjawab, "Ada harapan, pekerjaan, dan kesejahteraan."

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menuju Perang Dingin 2.0, dan Kekalahan Amerika Serikat?

Tiga kata; harapan, pekerjaan dan kesejahteraan itulah sekarang seperti nyata di depan mata, terutama bagi masyarakat Pulau Nustual, Pulau Masela, Pulau Babar dan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Yamdena di Laut Arafura, setelah hari Rabu 9 April 2025 diluncurkan desain teknis OLNG Masela di Jakarta.

Proyek lapangan gas abadi, Blok Masela, yang diperkirakan membutuhkan biaya sampai 20,9 miliar dolar AS setara Rp355 triliun (asumsi kurs Rp17.000 per dlar AS) ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2029.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto kepada media menegaskan kembali komitmen SKK Migas untuk mempercepat proyek ini menuju target utama on stream (beroperasi) pada tahun 2029.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Titiek Puspa dan Hidup yang Jenaka

Djoko mengatakan peluncuran desain teknis OLNG Masela bisa mempererat kolaborasi antara Inpex dengan mitranya yakni Pertamina dan Petronas dalam mendorong progres pengembangan Blok Masela.

"Keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/ FID) proyek ini ditargetkan dilakukan pada tahun depan," tambahnya.

President and CEO Inpex Corporation mendorong progres proyek Masela agar bisa meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi di Indonesia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: 10 Pesan Spiritual yang Universal Masuk Kampus

"Hari ini, dengan bangga kami umumkan dimulainya Inisiasi FEED Onshore LNG untuk Proyek LNG Abadi," ujar Takayuki Ueda.

Kisah yang tak terlupa

Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 di era Presiden BJ Habibie dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Baca Juga: Catatan Denny JA: 100 Tahun Ahmadiyah, Bendera Merah Putih di Tempat Pengungsian

Cadangan gas raksasa Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Setelah Inpex Masela Ltd mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1.

Kisah Blok Masela adalah cerita tak terlupa. Diawali Era Habibie, dieksekusi di era presiden Presden Prabowo Subianto.

Inpex Masela Ltd sendiri adalah pemegang hak partisipasi terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65 persen.

Sebelumnya, Inpex ditemani Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35 persen. Sayang, Shell kemudian memutuskan hengkang.

Akhirnya, 35 persen saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20 persen dan Petronas 15 persen.

Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan mendapat persetujuan Menteri ESDM, pada 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam, dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.

Masela, Tanimbar, Saumlaki adalah bintang-bintang timur yang terang. Potensi sumber daya alamnya, seperti cahaya yang akan menerangi Indonesia 2045.

Di tengah lanskap teknologi migas mondial, kearifan lokal dan tenaga-tenaga lokal adalah mitra strategis yang tak boleh dipinggirkan (no one left behind).***

Bersambung

Halaman:

Berita Terkait