DECEMBER 9, 2022
Kolom

Siapa Menang Dalam Perang Tarif AS - China yang Kian Brutal

image
Ilustrasi perang dagang AS vs China (a)

Tarif resiprokal Trump pun dianggap China hanya merusak sistem perdagangan dan rantai pasokan global yang nantinya menghambat pertumbuhan ekonomi dunia. China lalu menandaskan "hambatan perdagangan tak akan pernah menghentikan globalisasi ekonomi."

Mereka yakin Trump tak bisa mencapai tujuannya mengingat AS hanya menyumbangkan 13 persen untuk impor barang global. Dengan porsi sebesar itu AS sulit membunuh globalisasi, yang ironisnya dipromosikan AS.

Yakin jinakan Trump

Baca Juga: China Beri Perhatian Khusus untuk Penyelesaian Laut China Selatan dan Judi Online di ASEAN

Sebelum kekalutan global ini terjadi, China sudah menyatakan siap meladeni tantangan perang dari AS, dalam bentuk apa pun. Walau tak akan ada yang menang dalam perang dagang, sikap China yang terus meladeni manuver Trump mengindikasikan mereka yakin dapat menjinakkan petualangan Trump.

"Siapa pun yang menyerah lebih dulu akan menjadi korban," kata seorang pejabat China kepada Reuters. "Ini soal siapa yang bisa bertahan lebih lama."

China tampaknya hanya memiliki satu opsi, yakni menyengat balik Trump. Walau memiliki kemewahan dalam menggalang koalisi global, China memilih sendirian menghadapi Trump karena lebih tahan dari risiko serangan dagang AS.

Baca Juga: PCINU Tiongkok Ingin Jadi Jembatan Pertukaran Budaya Indonesia China dan Perbaiki Praduga Negatif

Selain itu, China harus melakukan ini karena kebanyakan negara yang dijatuhi tarif oleh Trump adalah tempat-tempat di mana industri China merelokasi diri, dengan pasar utama yang umumnya juga AS.

Sebaliknya, hasrat Trump dalam menyeimbangkan perdagangan AS-China sulit dicapai mengingat keadaan kedua negara ini saling bertolak belakang; yang satu produsen utama dunia (China), sedangkan satunya lagi konsumen terbesar dunia (AS). Seharusnya perbedaan ini membuat mereka bermitra, bukan saling memerangi.

Perang dagang ini juga pertarungan "kemauan politik" untuk bertindak pasti. Di sini, China unggul karena lebih pasti, selain lebih diterima dunia. Sebaliknya, karena mengusung kepentingan nasionalnya belaka, Trump tak mendapatkan kawan sebanyak yang dimiliki China.

Baca Juga: China Pantau Perkembangan Penangkapan Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte

China dianggap lebih mempedulikan harmoni global, dibandingkan AS yang kini dianggap perusak tatanan dunia, apalagi manuver-manuver Trump juga merugikan negara-negara miskin.

Halaman:

Berita Terkait