Thursday, Apr 24, 2025
Kolom

Siapa Menang Dalam Perang Tarif AS - China yang Kian Brutal

image
Ilustrasi perang dagang AS vs China (a)

Sejumlah kawasan, termasuk Kanada, Jepang, dan Uni Eropa, pun menoleh China lebih rekat, baik sebagai upaya meminimalisasi dampak terkaman tarif Trump, maupun sebagai sekutu dalam membuat dunia tetap di koridor perdagangan bebas dan globalisasi.

Semua perkembangan ini tak luput dari perhatian rakyat AS, termasuk orang-orang yang mengantarkan Trump menjadi presiden AS, di antaranya Elon Musk dan Bill Ackman. Musk yang bos Tesla dan Ackman yang penguasa lembaga lindung nilai terkemuka dunia, adalah dua dari beberapa donatur besar Trump selama Pemilu 2024.

Musk yang memiliki jejaring bisnis di China, meminta Trump mengaji kembali kebijakan tarif, sedangkan Ackman mendesak Trump menghentikan kebijakan tarif karena berisiko menciptakan tsunami pada perekonomian AS.

Baca Juga: China Beri Perhatian Khusus untuk Penyelesaian Laut China Selatan dan Judi Online di ASEAN

Yang lainnya, seperti bos JPMorgan Chase, Jamie Dimon, khawatir tarif akan menaikkan sistem harga di AS, yang bisa fatal akibatnya terhadap inflasi, dan bahkan memicu resesi.

Sentimen tetap buruk

JPMorgan sendiri telah menaikkan probabilitas resesi di AS dari 40 menjadi 60 persen. Goldman Sachs mengamini hal itu dengan menaikkan probabilitas resesi di AS, dari 35 menjadi 45 persen. Prediksi resesi itu berkorespondensi dengan kekhawatiran kalangan bisnis di AS. CEO BlackRock Larry Fink mengungkapkan bahwa kebanyakan CEO di AS menilai negaranya di ambang resesi.

Baca Juga: PCINU Tiongkok Ingin Jadi Jembatan Pertukaran Budaya Indonesia China dan Perbaiki Praduga Negatif

Bagaimana dengan rakyat biasa AS? Jajak pendapat Reuters/Ipsos awal bulan ini menyatakan 73 persen responden AS yakin kebijakan tarif akan membuat harga barang dan jasa di AS naik dalam enam bulan depan.

Sementara dalam hubungannya dengan tarif untuk China, survei Pew Research Center mengungkapkan separuh dari responden AS menilai tarif terhadap China berdampak buruk kepada AS dan individu warga AS, khususnya akan naiknya harga dan inflasi.

Trump berkuasa karena janji menekan inflasi dan harga. Jika yang terjadi sebaliknya, Trump bisa dianggap ingkar janji dan hal ini buruk secara elektoral bagi Partai Republik.

Baca Juga: China Pantau Perkembangan Penangkapan Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte

Padahal, tahun ini beberapa daerah di AS menggelar pemilihan kepala daerah, yang dilanjutkan dengan Pemilu Sela pada November 2026 ketika rakyat AS memilih kembali seluruh anggota DPR dan sebagian anggota Senat.

Halaman:

Berita Terkait