DECEMBER 9, 2022
Internasional

PCINU Tiongkok Ingin Jadi Jembatan Pertukaran Budaya Indonesia China dan Perbaiki Praduga Negatif

image
angkap layar Seminar Nasional dengan tema "Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT" dan yang digelar PCINU Tiongkok pada Sabtu, 8 Maret 2025 (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

ORBITINDONESIA.COM - Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama atau PCINU Tiongkok ingin menjadi jembatan pertukaran budaya Indonesia dan China secara khusus, untuk memperbaiki praduga di antara masyarakat kedua negara.

"Masih cukup banyak masyarakat Indonesia memiliki stereotip negatif terhadap Tiongkok, baik karena faktor sejarah maupun narasi yang berkembang di media sedangkan di Tiongkok juga kalau mendengar kata 'Indonesia' yang terpikir adalah kejadian 1998, khususnya untuk generasi tua, karena itu, PCINU Tiongkok bisa menjadi jembatan membangun pemahaman yang lebih baik melalui kerja sama akademik maupun pertukaran budaya," kata Direktur Sino Nusantara Institute PCINU Tiongkok, Ahmad Syaifuddin Zuhri dalam seminar pada Sabtu, 8 Maret 2025.

Hal itu disampaikan Zuhri dalam Konferensi Cabang Istimewa IV dan Seminar Nasional dengan tema "Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT" yang digelar PCINU Tiongkok. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 lebih peserta secara daring dan luring.

Baca Juga: Media Tiongkok Sebut Indonesia Akan Kuasai Sepakbola Asia Tenggara

"Hubungan antar masyarakat bisa memperkuat hubungan Indonesia-China karena kita ketahui bahwa hubungan diplomatik kedua negara mengalami pasang surut, dari sangat erat di era Presiden Soekarno, pemutusan hubungan di era Orde Baru, hingga normalisasi di awal 1990-an," tambah Zuhri.

Saat ini, ungkap Zuhri, meski kerja sama ekonomi semakin erat, hubungan antarmasyarakat kedua negara masih menghadapi tantangan persepsi negatif.

"Memang kita harus akui China lebih tertutup dibanding negara-negara Barat tapi PCINU sudah punya hubungan yang baik dengan pihak-pihak di China karena itu bisa menjadi kesempatan kita untuk ambil peran dalam memajukan hubungan antarmasyarakat," ungkap Zuhri.

Baca Juga: Pengusaha Komie Tiongkok Gelontor Rp23 Miliar ke Timnas Indonesia

Pembicara lain, yaitu Presiden NU Labor Confederation, Irham Ali mengangkat bonus demografi dan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia.

Saat ini, ungkap Irham, Indonesia memiliki 150 juta angkatan kerja, tetapi 60 persen masih berada di sektor informal. Sementara itu, tingkat pengangguran usia muda mencapai 22 persen, menjadikan salah satu yang tertinggi di Asia.

"Meski investasi asing ke Indonesia meningkat dalam 15 tahun terakhir, konversi investasi terhadap penciptaan lapangan kerja masih rendah. Investasi China di Indonesia juga banyak terkonsentrasi di sektor ekstraktif seperti tambang dan sumber daya alam sedangkan sementara sektor padat karya seperti garmen dan manufaktur belum banyak disentuh," kata Irham.

Baca Juga: Tiga Warga China yang Ditahan di Amerika Serikat Kembali ke Tiongkok

Irham pun mengusulkan agar pemerintah dan pemangku kepentingan mendorong investasi China dapat ditujukan ke sektor-sektor yang lebih banyak menyerap tenaga kerja, seperti manufaktur, tekstil dan industri lain berbasis Sumber Daya Manusia.

Halaman:

Berita Terkait