Siapa Menang Dalam Perang Tarif AS - China yang Kian Brutal
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 09 April 2025 14:13 WIB

ORBITINDONESIA.COM - China menjadi salah satu dari sedikit negara, jika bukan satu-satunya, yang menolak mundur dari tantangan perang dagang yang dilancarkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sekali Trump beraksi, sekali itu pula China bereaksi, termasuk terhadap ancaman terbaru Trump setelah China membalas dengan tarif 34 persen yang sama besar dengan tarif yang dijatuhkan AS kepada China.
24 jam setelah China membalas AS, Trump mengancam China dengan tarif tambahan 50 persen. Tapi seketika itu pula China balik mengancam, bak pepatah "ente jual, ane beli".
Baca Juga: China Beri Perhatian Khusus untuk Penyelesaian Laut China Selatan dan Judi Online di ASEAN
"Kami tak akan menoleransi segala upaya yang merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers Selasa, 8 April 2025, seperti dilaporkan Global Times.
China, menurut Lin, melihat AS tidak serius membuka negosiasi tarif. Dia berkata, "jika sungguh ingin berunding, maka AS harus menunjukkan diri siap memperlakukan orang lain dengan setara, penuh hormat, dan saling menguntungkan."
China tak melihat sikap itu dari AS. Sebaliknya, AS jistru tak mempedulikan kepentingan China dan dunia sehingga China pun akan terus membalas AS. China, seperti disampaikan Global Times dalam editorialnya, menyebut manuver tarif AS sebagai "pemerasan".
Baca Juga: PCINU Tiongkok Ingin Jadi Jembatan Pertukaran Budaya Indonesia China dan Perbaiki Praduga Negatif
"China tak pernah memancing keributan, pun tak terhasut oleh keributan. Tekanan dan ancaman bukan cara yang tepat kala berurusan dengan China," tulis Global Times.
Menurut corong pemerintah China itu, negaranya akan terus melawan karena menganggap alasan AS dalam menjatuhkan tarif impor tak berdasar.
China menilai alasan AS mengenakan tarif karena praktik dagang tidak adil sebagai cari-cari alasan, karena motif sebenarnya adalah proteksionisme dan pemerasan politik berkedok ekonomi.
Baca Juga: China Pantau Perkembangan Penangkapan Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte
China juga menganggap Trump melanggar nilai-nilai dasar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan hak China bernaung dalam rumah besar perdagangan global.