DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Seorang Ibu di Kaki Mao Zedong

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Anak-anak itu mengunyah sunyi yang ia tinggalkan,
merasa kenyang oleh air mata.

Di desa itu, angin bertiup pelan,
takut mengganggu keheningan.

Di kota, Mao berbicara di podium:
“Revolusi kita,
revolusi oleh rakyat, dengan rakyat,
untuk rakyat!”

Di sudut desa yang terlupakan,
tiga anak berjongkok di samping ibu,
menggenggam tangan yang dingin,
menunggu jawaban dari langit.

Sejarah mencatat angka,
tapi tak menulis nama.
Tak ada monumen bagi seorang ibu,
yang mati agar anak-anaknya bisa hidup.

Di bawah patung Mao yang tersenyum kaku,
seorang anak duduk, menatap kosong,
menanti jawaban dari dunia,
yang tak pernah benar-benar mendengar.

Aku melangkah pergi,
tapi langkahku terasa berat.

Semakin aku mengerti,
cinta itu paling setia berkorban,
dan yang paling sering dilupakan.

Ketika revolusi membunuh cinta seorang ibu,
ada yang salah dengan revolusi.***

Jakarta, 22 Februari 2025

Halaman:

Berita Terkait