DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Seorang Ibu di Kaki Mao Zedong

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

“Rakyat harus kuat! Lebih baik mati daripada mengkhianati revolusi!”

Namun, apakah revolusi tahu
bahwa di desa ini, yang mati lebih banyak dari yang berjuang?

Rasa lapar menusuk-nusuk.
Tulang makin menipis.

Ibu menggendong si bungsu,
dengan bahu yang semakin ringkih.

-000-

Malam itu, ketika bulan bersembunyi,
ibu itu berjalan ke dapur komunal,
mengais di sudut,
mencari remah yang bisa menjadi hidup.

Tapi revolusi punya mata di mana-mana.
Fajar datang dengan palu yang menggedor:

“Bangun! Pengkhianat rakyat!”

Suara itu lebih tajam dari pisau,
lebih dingin dari angin di musim kering.

Ibu ditarik ke lapangan desa.
Pejabat desa berbicara lantang,
tangannya memegang buku Mao, warna merah dan kecil:

Halaman:

Berita Terkait