DECEMBER 9, 2022
Kolom

Supriyanto Martosuwito: Reklamasi di Berbagai Negeri, Indonesia Bukan Satu-satunya

image
Reklamasi di Uni Emirat Arab (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Indonesia bukan satu satunya negara yang giat melakukan reklamasi - proses memperluas daratan dengan menimbun laut atau daerah pesisir.

Singapura, negeri jiran terdekat - paling giat melakukan reklamasi lantaran keterbatasan lahannya, selain Jepang dan Hong Kong (semasa masih dikuasai Inggris) karena kebutuhan pengembangan ekonominya.

Namun, China, negeri besar dengan daratan seluas benua - juga melakukan reklamasi khususnya di Sanghai dengan Linggang New City Project-nya.

Baca Juga: Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto Polda Bali: 5 Tersangka Reklamasi Pantai Melasti Dijerat Pasal Berlapis

China menciptakan daratan baru seluas 133.2 km2 untuk pengembangan daerah bisnis terpadu, yakni kawasan industri, pelabuhan dan bandara demi menunjang peningkatan pesat perekonomian negerinya.

Jangan lupakan reklamasi di UEA - Uni Emirat Arab dengan pulau buatan berbentuk daun palemnya.

Hampir semua negara yang melakukan reklamasi mendapat sorotan dari aktivis dan pemerhati lingkungan. Mahalnya biasa reklamasi menjadikan proyek reklamasi sebagai entitas bisnis, dan bukan sosial.

Baca Juga: Nusron Wahid: 263 Sertifikat Hak Guna Bangunan Pagar Laut di Tangerang Milik Perusahaan dan Perorangan

Kontroversi yang terjadi di laut Jakarta juga terjadi di negeri lain. Yang berbeda solusi dan penyelesaiannya.

Di Singapura, reklamasi berlangsung sejak 1960an, sedangkan di Jakarta dimulai tahun 1971 di kawasan Pluit - yang kini jadi perumahan mewah.

Singapura telah bertambah luas daratannya sebesar 20 persen berkat reklamasi - dari seluas 584 kilometer persegi menjadi 714 kilometer persegi.

Baca Juga: Sakti Wahyu Trenggono: Prabowo Subianto Perintahkan Jajarannya Mengusut Pagar Laut di Perairan Tangerang

Jika Anda mendarat di Bandara Internasional Changi, maka ketahuliah, bandara tersebut didirikan pada lahan hasil reklamasi. Juga bila Anda berwisata ke Marina Bay, ketahuilah bahwa kawasan itu merupakan hasil reklamasi dengan luas setara 17.000 lapangan sepak bola.

Berkat reklamasi, Marina Bay menjadi magnet pertumbuhan Singapura. Tiga menara dengan ”bahtera” di lantai 57 menjadi destinasi utama. Belum lagi, kawasan Marina tiap bulan September menggelar ajang balap Formula 1, balap mobil paling bergengsi di muka bumi.

Reklamasi di Singapura masih berlangsung hingga kini. Negeri Lee Kuan Yew itu, sedang mengerjakan reklamasi seluas 50 hektar untuk pembangunan industri dan permukiman - demi menjamin ketersediaan lahan bagi perumahan warga Singapura untuk 20 tahun mendatang.

Baca Juga: Menteri Nusron Wahid Batalkan Sertifikat Pagar Laut di Perairan Tangerang

Apakah tidak ada pendapat kontra terhadap reklamasi di Singapura? Tentu ada. Namun, Pemerintah Singapura dengan tanggap telah memberikan jawaban atas pertanyaan ataupun keberatan dari kelompok mana pun.

Keterbukaan merupakan salahsatu kunci dari kondusifnya reklamasi dan redevelopment di Singapura. Segala informasi dapat diunduh atau dicari kanal informasinya melalui laman Urban Redevelopment Authority.

HONG KONG juga giat melakukan reklamasi. Bahkan reklamasi di Hong Kong telah dilakukan sejak masa kolonial Inggris pada abad ke-19 yakni kawasan Central dan Wan Chai untuk membangun pelabuhan dan fasilitas komersial masa itu. Pembangunan Victoria Harbour, yang menjadi pusat perdagangan dan transportasi - juga merupakan hasil dari reklamasi. Saat memasuki abad ke-20, reklamasi diperluas ke daerah seperti Kowloon dan Tsim Sha Tsui.

Baca Juga: Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono Sebut Pemilik Pagar Laut Akan Didenda Rp18 Juta per Kilometer

Hong Kong terus melakukan reklamasi untuk proyek-proyek besar seperti Bandara Internasional Hong Kong (Chek Lap Kok) dan West Kowloon Cultural District. Bandara ini dibangun di atas pulau buatan hasil reklamasi yang menggabungkan dua pulau kecil, Chek Lap Kok dan Lam Chau. Proyek ini selesai pada tahun 1998 dan menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia.

Sebuah proyek besar di tepi laut Kowloon yang bertujuan untuk menjadi pusat seni dan budaya dinamai West Kowloon Cultural District, dengan lahan yang sebagian besar diperoleh melalui reklamasi.

Pada tahun 2018 lalu, Hong Kong mengumumkan proyek Lantau Tomorrow Vision, menciptakan lahan untuk perumahan, bisnis, dan infrastruktur guna mengatasi kepadatan penduduk - mereklamasi area seluas 1.700 hektar di sekitar Pulau Lantau.

Baca Juga: Polisi Ikut Bongkar Pagar Laut di Perairan Tangerang

Sebagaimana di negara lain, proyek reklamasi di Hong Kong menuai kontroversi dan mendapat tantangan terutama dampak lingkungan yang berpotensi mengganggu ekosistem laut, termasuk terumbu karang dan habitat satwa liar.

Selain itu, reklamasi membutuhkan biaya yang sangat besar, baik untuk pembangunan fisik maupun mitigasi dampak lingkungan. Tak heran dengan tudingan, proyek reklamasi dianggap lebih mengutamakan kepentingan bisnis daripada kebutuhan masyarakat, terutama terkait perumahan yang terjangkau.

Tokh, Hong Kong terus melakukan reklamasi - bahkan dalam skala besar - terutama untuk mengatasi masalah perumahan dan pertumbuhan populasi. Proyek seperti Lantau Tomorrow Vision menunjukkan komitmen pemerintah untuk menciptakan lahan baru, meskipun harus menghadapi tantangan lingkungan dan sosial.

Baca Juga: Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq Segel Area Reklamasi Perairan Pal Jaya, Bekasi Jawa Barat

JEPANG adalah negeri Asia lain yang giat mereklamasi lautnya demi memperluas daratannya.

Jepang mengurug laut untuk mengatasi kelangkaan lahan, pertumbuhan populasi, dan modernisasi. Jepang diketahui telah mengubah topografi garis pantai Teluk Tokyo.

Pemerintah Jepang menimbun pulau di Teluk Osaka untuk membangun Bandara Internasional Kansai.

Baca Juga: Menteri ATR Nusron Wahid Ungkap Dua Perusahaan Pemilik SHGB Pagar Laut Bekasi, Jawa Barat

Untuk menjernihkan air dari Sungai Tone dan Sungai Tama untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Tokyo, Jepang membangun pusat reklamasi air .

Reklamasi paling sensasional terjadi di Uni Emirat Arab. Sejak dekade lalu, negeri gurun pasir ini membangun lima proyek reklamasi seluas 170 juta meter persegi dengan nilai investasi 10 miliar dollar AS - untuk Dubai Waterfront, Palm Jebel Ali, Palm Jumaeirah, The World, dan Palm Deira. Palm Jebel Ali dan Jebel Jumaeirah

Dengan desain menyerupai palem dan reklamasi dengan bentuk pulau-pulau utama kondang di seantero di dunia.

Baca Juga: Bareskrim Polri Tingkatkan Status Pagar Laut di Perairan Tangerang ke Tahap Penyidikan

Reklamasi adalah proyek keniscayaan seiring dengan perkembangan zaman. Mereka yang menentang reklamasi sedang melawan perubahan zaman.

(Oleh: Supriyanto Martosuwito) ***

Halaman:

Berita Terkait