Elza Peldi Taher: Rata, Anjing Kecil yang Setia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 22 Januari 2025 03:00 WIB
Oleh Elza Peldi Taher*
ORBITINDONESIA.COM - Waktu kecil di di kampung halaman, Solok-Selatan, Sumatra Barat, saya punya seorang sahabat setia. Namanya Rata. Ia bukan manusia, melainkan seekor anjing. Kesetiaannya pada saya lebih dari sekadar kata-kata. Kemanapun saya pergi, ia selalu ada.
Setiap pagi, ia menemani saya jalan kaki ke sekolah di dekat jembatan Batang Laweh, yang berjarak kurang lebih satu kilometer. Siang hari saat pulang sekolah Rata sudah menunggu di depan pintu sekolah. Kami tak langsung pulang, tapi pergi ke bukit mencari rumput untuk makanan sapi di rumah.
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
Bukit itu seperti rumah kedua kami, tempat di mana kami bisa berbicara tanpa kata. Kadang, kami pergi ke pinggir bukit membawa sapi untuk mencari makanan. Di sana sampai sore saya menghabiskan banyak waktu, kadang mengerjakan pekerjaan sekolah, ditemani Rata.
Takdir kemudian menentukan saya harus berpisah dengan Rata ketika saya harus pindah sekolah ke Jakarta. Berpisah dari Rata adalah saat yang sangat sulit. Ada kesedihan yang mendalam ketika harus meninggalkan makhluk yang setia ini.
Saat saat akan berangkat Rata nampak gelisah. Sepertinya ia sudah punya naluri bahwa waktunya bersama saya tak akan lama lagi. Ketika saya akan naik bus, Rata sudah menjauh. Ia hanya diam ketika saya melambaikan tangan. Ia hanya menatap dari jauh dengan wajah yang murung.
Tiba di Jakarta, tak sampai setahun, saya menerima surat dari emak yang memberitakan bahwa Rata telah mati. Dalam surat itu dikatakan bahwa sejak saya pergi, ia tidak lagi mau makan, banyak termenung. Jika siang ia pergi ke sekolah dan sore kemudian pulang dengan lesu.
Bagi banyak orang Minang, terutama yang tinggal di daerah bukit dan pegunungan seperti saya, memelihara anjing bukanlah hal yang asing. Anjing dipelihara bukan hanya sebagai penjaga rumah, tetapi juga sebagai penjaga sawah atau kebun, menjaga dari binatang liar yang bisa merusak tanaman.
Anjing, dengan kepekaannya yang luar biasa, bisa dipercaya untuk melindungi harta benda mereka. Bahkan, dalam tradisi berburu babi, anjing menjadi mitra yang tak tergantikan. Mereka bukan hanya teman, tetapi penjaga setia yang bekerja tanpa pamrih.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Keadilan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Hari Sabtu atau Minggu, adalah hal yang biasa melihat seseorang mengendarai motor dengan tiga ekor anjing di belakangnya, siap untuk berburu di hutan. Penciuman anjing yang tajam membuat mereka mampu mendeteksi keberadaan babi yang merusak tanaman.
Anjing anjing yang berburu babi dengan gagah berani akan terkenal namanya seantero kampung dan harganya pun meningkat tajam. Tapi umumnya pemilik anjing tak bersedia menjual, jika ada yang berniat membeli, berapapun harga yang ditawar, karena ikatan batin antara mereka cukup kuat
Persahabatan saya dengan Rata bukanlah hal yang unik. Banyak fakta menyentuh tentang persahabatan anjing dan manusia. Kisah Hachiko, seekor anjing ras dari Jepang, adalah salah satu kisah persahabatan antara anjing dan manusia yang paling terkenal di dunia.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Denny JA, Penulis Lari Cepat 100 Meter
Hachiko dilahirkan pada tahun 1923 dan dibesarkan oleh Profesor Hidesaburo Ueno, seorang dosen di Universitas Tokyo. Setiap hari, Hachiko mengantar dan menunggu sang profesor di stasiun Shibuya, Tokyo, tempat Ueno naik kereta untuk bekerja. Setiap kali sang profesor pulang, Hachiko setia menunggunya di peron untuk menyambutnya kembali.
Namun, pada tahun 1925, Profesor Ueno meninggal secara tiba-tiba akibat stroke saat berada di tempat kerja. Meskipun sang pemilik telah tiada, Hachiko tetap setia menunggu di stasiun setiap hari, tepat pada jam yang biasa, selama hampir 10 tahun, hingga akhirnya ia meninggal pada tahun 1935. Kesetiaan Hachiko yang luar biasa ini membuatnya menjadi simbol kesetiaan yang tak tergoyahkan, dan pada tahun 1934, sebuah patung Hachiko didirikan di stasiun Shibuya sebagai penghormatan terhadap anjing setia ini.
Di Skotlandia ada cerita paling terkenal tentang Greyfriars Bobby. Bobby adalah seekor anjing terpelihara yang sangat setia kepada pemiliknya, seorang penjaga kuburan bernama John Gray. Pada tahun 1858, John Gray meninggal dunia, dan ia dimakamkan di Greyfriars Kirkyard, sebuah pemakaman di Edinburgh. Meskipun telah kehilangan pemiliknya, Bobby tetap setia menjaga makam John setiap hari, bahkan setelah kematian sang pemilik.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Esoterika, Melanjutkan Gagasan Djohan Effendi
Bobby diketahui datang ke makam setiap hari dan tidur di sana, tidak peduli cuaca buruk atau musim dingin yang keras. Warga Edinburgh yang melihat kesetiaan Bobby merasa terharu dan mulai memberinya makanan. Beberapa orang mencoba untuk mengusirnya, tetapi Bobby tidak pernah pergi dari makam itu.
Akhirnya, pada tahun 1872, setelah 14 tahun setia menjaga makam, Bobby sendiri meninggal dunia. Sebagai penghormatan kepada kesetiaan Bobby, sebuah patung perunggu anjing dibangun di dekat makamnya, dan kini patung tersebut menjadi salah satu ikon terkenal di Edinburgh. Cerita Greyfriars Bobby mengajarkan kita tentang cinta tanpa syarat dan betapa kuatnya ikatan antara anjing dan manusia, bahkan setelah kematian.
Kedua kisah ini, Hachiko dan Greyfriars Bobby, adalah contoh betapa luar biasanya kesetiaan yang bisa ditunjukkan oleh anjing kepada manusia. Mereka mengajarkan kita nilai-nilai persahabatan, kesetiaan, dan pengabdian yang tak terukur, serta betapa pentingnya hubungan yang terjalin antara makhluk hidup yang berbeda.
Baca Juga: Catatan Elza Peldi Thaher: Jika Buku Gratis, Buat Apa Menulis?
Cerita tentang persahabatan antara manusia dan anjing memang luar biasa. Anjing tidak hanya sekadar hewan peliharaan. Mereka adalah teman sejati yang setia menemani, melindungi, dan memberi kenyamanan. Tak jarang, anjing menjadi bagian dari keluarga, menjalin hubungan yang lebih dari sekadar ikatan biologis. Mereka tahu kapan kita sedih, tahu kapan kita butuh teman, dan tahu kapan kita membutuhkan perlindungan.
Memberi Rasa Aman
Hingga kini, di kampung halaman saya perhatikan, masih banyak orang yang memelihara anjing. Mereka tidak hanya menjaga rumah, tetapi juga menjaga rasa nyaman yang terbangun dalam kebersamaan itu. Bersama anjing, mereka merasa aman, merasa ada yang menjaga. Anjing menjadi bagian dari kehidupan mereka, bukan hanya sebagai peliharaan, tetapi sebagai sahabat yang setia, yang tidak pernah meninggalkan mereka, meski badai datang menghadang.
Anjing adalah simbol kesetiaan yang tak tergantikan. Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh perubahan ini, kesetiaan anjing adalah sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya kita menghargai setiap ikatan yang ada, sekecil apapun itu. Seperti Rata, anjing kesayangan saya yang meskipun telah pergi puluhan tahun lalu, ia tetap hidup dalam kenangan.
Pondok Cabe Udik 21 Januari 2025
Elza Peldi Taher ***