DECEMBER 9, 2022
Kolom

Elza Peldi Taher: Esoterika, Melanjutkan Gagasan Djohan Effendi

image
Elza Peldi Taher (Foto: Koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM - Selama dua tahun terakhir, Esoterika, sebuah forum yang mencurahkan perhatian pada keragaman keagamaan, membuat forum yang menarik.

Forum ini membuat kegiatan langka, merayakan momen-momen penting hari besar keagamaan. Setiap kali sebuah hari raya keagamaan tiba, Esoterika menggelar forum yang mengundang para tokoh lintas iman untuk berpartisipasi. 

Dengan pengemasan yang menarik, acara tersebut menyuguhkan pembacaan puisi, penampilan kesenian khas agama yang bersangkutan, dan dialog kehidupan agama dalam konteks kebangsaan. Pesertanya pun tak tanggung-tanggung, melebihi seratus orang, mayoritas di antaranya adalah tokoh-tokoh lintas iman.

Baca Juga: Imlek Lintas Agama Forum Esoterika: Konghucu Progresif, Islam Eropa, dan Paham Agama Pro Hak Asasi Manusia

Forum terbaru yang diadakan pada hari Sabtu, 25 Mei 2024, adalah perayaan kelahiran Ahmadiyah, yang dihadiri oleh Amir Nasional Ahmadiyah beserta 50 jemaatnya dan puluhan tokoh lintas iman lainnya.

Ruangan dengan kapasitas 130 orang pun penuh sesak oleh para peserta yang antusias. Sebelumnya Esoterika telah merayakan hari besar agama Islam, Natal, agama Bahai dan Konghuchu.

Apa yang ingin dicapai oleh Esoterika dengan forum ini? Seperti yang dikatakan oleh Denny JA, ketua Esoterika,  semua agama agama yang ada adalah warisan kultural milik bangsa yang menjadi kekayaan bersama. Forum ini akan menjadi gerakan yang makin meluas. 

Baca Juga: Perkumpulan Penulis Satupena Akan Diskusikan Pemikiran Islam Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafii

Suatu saat nanti perayaan hari besar suatu agama, tak lagi diinisiasi oleh hanya oleh pemeluk agama yang bersangkutan, tapi juga oleh pemeluk agama yang lain karena semua agama dan keyakinan yang muncul d tanah air adalah warisan kultural milik bersama yang harus kita jaga Bersama.

Inspirasi forum ini tampaknya berasal dari pengaruh Djohan Effendi, seorang tokoh pembaru Islam yang dikenal akan komitmennya terhadap dialog antariman dan kerukunan umat beragama. Apa lagi jika melihat latar belakang penggagasnya. Denny JA, Budhy Munawar Rachman, Elza Peldi Taher, Anick HT adalah orang yang bersentuhan cukup lama dengan Djohan Effendi.

Djohan Effendi, yang pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Abdurrahman Wahid, adalah pendukung kuat gerakan lintas iman dan dikenal karena pandangannya yang liberal terhadap Islam. Beliau juga mendirikan lembaga-lembaga lintas iman seperti Interfidei dan ICRP yang diharapkan dapat meningkatkan kerukunan antarumat beragama.

Baca Juga: Kenangan Omi, Istri Nurcholish Madjid: Cak Nur Bukan Tipe Suami yang Serba Harus Dilayani.

Pada 1984, Djohan Effendi membuka rumahnya di jalan Proklamasi untuk anak anak muda yang ingin berdialog tentang  agama dan kebangsaan.  Saat itu tingkat kecurigaan antarumat agama sangat tinggi. Selama bertahun-tahun,  setiap hari minggu, Djohan membuka rumahnya untuk anak-anak muda dan menghabiskan waktu berdialog dengan mereka. 

Di antara anak anak muda itu antara lain Budhy Munawar Rachman, Elza Peldi Taher dan Denny JA. Budhy kemudian melanjutkan gagasan dialog antar iman. Buku-buku dan tulisannya tentang kemajemukan dan dialog lintas iman menjadi referensi banyak orang.

Denny JA yang pada mulanya kondang sebagai konsultan politik kemudian mendirikan Gerakan antidiskriminasi. Tahun 2000an awal ketika Djohan mendirikan lembaga dialog antar Iman, ICRP, Anick HT bergabung dan berguru pada Djohan Effendi

Baca Juga: Ketua Umum Forum Esoterika Denny JA: Dibutuhkan Spritualitas dan Sikap Ramah dengan Alam agar Membawa Kebahagian

Karena itu tak heran, kegiatan Esoterika yang melibatkan tokoh-tokoh lintas agama dalam perayaan hari-hari besar keagamaan merupakan langkah konkret dalam mewujudkan visi Djohan Effendi. 

Forum Esoterika  menjadi penting karena sampai saat ini masih banyak kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi. Puluhan keluarga penganut Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat terpaksa meninggalkan rumah setelah berkali-kali mengalami persekusi. Lebih dari dua windu mereka menetap di Asrama Transito, Mataram, tanpa harapan hidup yang lebih baik. 

Di Sampang Madura ratusan orang Syiah menjadi pengungsi karena dianggap sesat oleh kelompok Islam konservatif. Ratusan pemeluk Syiah di Sampang, Madura, diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam.

Baca Juga: KH Ahmad Hudori: Kerukunan Umat di Kampung Moderasi Beragama di Lebak Banten Berjalan Baik

Bentrokan dengan warga desa yang mayoritas Suni membumihanguskan rumah dan pesantren pimpinan Tajul Muluk pada Agustus 2012. Negara tak berdaya memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. 

Di tengah  situasi seperti itulah kehadiran Esoterika menjadi penting dalam rangka membangun Indonesia yang toleran,  terbuka dan menerima keberagaman. Esoterika menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman agama dapat dikelola dengan harmonis, bukan sebagai sumber konflik, tetapi sebagai sumber kekuatan dan kekayaan kultural 

 Pondok Cabe Udik 27 Mei 2024

Baca Juga: IKALUIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Penghargaan Lifetime Achievement Diberikan Kepada Cak Nur

Elza Peldi Taher ***

Berita Terkait