DECEMBER 9, 2022
Kolom

Mengapa Puisi Esai Kini Sudah Layak Menjadi Sebuah Angkatan dalam Sastra Indonesia

image
Ilustrasi. (PIXABAY/Melanie)

Puisi esai mengalami perkembangan yang sangat positif, terutama pada aspek penerimaanya di tengah masyarakat Indonesia maupun di tingkat Asia dan secara perlahan saat ini sudah masuk di lingkup internasional.

Sejak diperkenalkannya puisi esai pada tahun 2012 yang diikuti peluncuran antologi puisi esai “Atas Nama Cinta”  karya Denny JA yang merupakan generasi awal  puisi esai, kemudian di tahun yang sama juga terbit antologi tunggal puisi esai yang ditulis Ahmad Gaus berjudul “Kutunggu Kamu di Cisandane”.

Pada tahun 2013 juga diterbitkan antologi Manusia Gerobak, Mata Luka Sengkon Karta, Imaji Cinta Halima, Dari Singkawang ke Sampit, Dari Rangin ke Telephon, Penari Anak Koruptor dan Mawar Air Mata. Secara periodik kemudian puisi esai terus hadir dengan intensitas penerbitan semakin tinggi, hingga tahun 2024 sudah diluncurkan 200 buku, baik berupa antologi puisi esai, antologi opini puisi esai, panduan penulisan puisi, dll. 

Tim puisi esai selain menerbitkan buku-buku antologi, juga menerbitkan artikel-artikel sastra di Jurnal Sajak yang secara simultan  menggemakan puisi esai sejak tahun 2012  hingga kini.

Gerakan penyebaran puisi  terus dilakukan, salah satunya dengan mengadakan lomba puisi esai tingkat nasional sejak tahun 2013 yang mendapatkan tanggapan luar biasa dari masyarakat dengan  terdaftarnya 428 puisi yang masuk di meja panitia. 

Semua itu terdokumentasi dengan baik dalam editorial Jurnal Sajak dengan judul “Dari Arena Lomba Menulis Puisi Esai”. 
Optimisme terus berlanjut, pada tahun 2022 puisi esai mengadakan Festival Puisi Esai ASEAN di Kinabalu, Sabah, Malaysia hasil kerja sama dengan Dewan Bahasa Sabah, Malaysia dan hingga periode ke-3 tahun 2024 terus berlanjut, bahkan tahun 2023 lalu dalam keterangannya di sebuah media Denny JA menyebutkan, “Sabah ibukota puisi esai, sementara Jakarta menjadi negeri asal puisi esai”. 

Festival puisi esai ASEAN diikuti dari berbagai negara ASEAN seperti Thailand, Brunai Darussalam dan Singapura. Setakat ini proses-proses menuju level internasioanal juga sedang berjalan, hal ini dapat dilihat pada perbincangan-perbincangan informal dalam berbagai media sosial.

5. Relevan dengan Isu Sosial dan Budaya

Puisi esai terfokus pada pembahasan tema-tema yang relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia, seperti ketidakadilan sosial, konflik budaya, isu gender, diskriminasi, toleransi, dan kemanusiaan.

Puisi esai merupakan potret realitas yang terjadi di sekitar lingkungan pembaca, sebuah genre puisi yang tidak terlalu rumit untuk dipahami, sehingga dapat menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan kritik sosial.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait